Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Israel memerintahkan tentaranya menggunakan Protokol Hannibal atau Hannibal Directive dalam menghadapi serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu. Dalam laporannya yang diterbitkan pada Minggu, 7 Juli 2024, surat kabar Israel Haaretz mengungungkapkan penerapan protokol tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Haaretz menulis berdasarkan kesaksian dari tentara Israel dan perwira tinggi militer. Menurut media ini, tentara Israel memerintahkan bahwa tidak ada satu pun kendaraan yang dapat kembali ke Gaza dalam menghadapi serangan Hamas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pada titik ini, (tentara Israel) tidak menyadari sejauh mana penculikan di sepanjang perbatasan Gaza, tetapi mereka tahu bahwa banyak orang terlibat. Jadi, sangat jelas apa maksud pesan itu, dan bagaimana nasib beberapa orang yang diculik," kata laporan itu.
Pada 7 Oktober, Hamas menangkap puluhan warga Israel, banyak di antaranya masih ditawan atau telah tewas dalam serangan udara Israel di Gaza. Banyak dari mereka yang ditangkap adalah warga sipil dan bukan tentara. Mereka yang ditangkap tidak termasuk dalam Hannibal Directive.
Sementara Haaertz mengatakan tidak mengetahui berapa banyak tentara dan warga sipil yang menjadi sasaran karena prosedur militer Hannibal ini. "Data kumulatif menunjukkan bahwa banyak orang yang diculik berada dalam risiko, terkena tembakan Israel, bahkan meskipun mereka bukan sasarannya," tulis Haaretz.
Laporan tersebut mengatakan protokol Hannibal diterapkan di tiga fasilitas militer yang disusupi Hamas. “Ini tidak mencegah penculikan tujuh dari tentara atau pembunuhan 15 pengintai lainnya, serta 38 tentara lainnya," ujar Haaretz.
Arahan Hannibal, juga dikenal sebagai Prosedur Hannibal atau Protokol Hannibal, adalah kebijakan militer Israel yang menetapkan penggunaan kekuatan maksimum jika terjadi penculikan prajurit, kata Yehuda Shaul, mantan prajurit tentara Israel.
“Anda akan melepaskan tembakan tanpa hambatan, untuk mencegah penculikan,” katanya dilansir oleh Al Jazeera. Shaul menambahkan bahwa penggunaan kekuatan dilakukan bahkan dengan risiko membunuh tentara yang ditawan.
Selain menembaki para penculik, tentara dapat menembaki persimpangan, jalan raya, jalan tol, dan jalur lain yang mungkin dilalui lawan untuk membawa tentara yang diculik, ujar Shaul.
Israel terakhir kali menerapkan Arahan Hannibal pada 2014 selama perang di Gaza saat itu, menurut rekaman audio militer yang bocor. Namun hal itu dibantah oleh tentara Israel.
Juru bicara militer Israel mengatakan kepada Haaretz bahwa militer mulai melakukan penyelidikan internal atas apa yang terjadi pada 7 Oktober dan periode sebelumnya. "Tujuan dari investigasi ini adalah untuk belajar dan mengambil pelajaran yang dapat digunakan untuk melanjutkan pertempuran. Ketika investigasi ini selesai, hasilnya akan disampaikan kepada publik secara transparan," kata juru bicara tersebut.
AL JAZEERA
Pilihan editor: Adik Kim Jong Un Tuduh Presiden Korea Selatan Sengaja Alihkan Isu Pemakzulan