Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (JK) meminta kelompok Palestina Hamas untuk bersatu dengan Fatah, partai politik dalam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang diketuai oleh Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas. Pertemuan tersebut dilakukan secara tertutup pada Ahad, 5 Mei 2025 selama kurang lebih tiga jam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pernyataan tersebut disampaikan JK saat bertemu delegasi Hamas di Kuala Lumpur, Malaysia, menurut anggota delegasi Jusuf Kalla, Hamid Awaludin pada Selasa, 7 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedua pihak bertemu untuk mendiskusikan upaya mengakhiri serangan Israel melawan Hamas di Gaza. Delegasi Hamas yang dipimpin oleh Pejabat Biro Politik dan Wakil Kepala Urusan Internasional Bassem Naim meminta Jusuf Kalla untuk memediasi kelompoknya dengan Israel agar kekerasan segara berakhir, kata Hamid dalam keterangan pers pada Senin.
Apa Itu Hamas dan Fatah?
Dikutip dari laman Aljazeera Hamas dan Fatah adalah dua partai yang paling dominan di kancah politik Palestina.
Fatah merupakan singkatan dari Harakat-al-Tahir al-Filistiniya atau gerakan Pembebasan Nasional Palestina dalam bahasa Arab. Kata Fatah artinya menaklukan.
Gerakan sekuler ini didirikan di Kuwait pada akhir tahun 1950-an oleh diaspora warga Palestina setelah Nakba tahun 1948 hingga pembersihan etnis Palestina oleh gerakan Zionis yang bertujuan untuk menciptakan negara modern Yahudi di Palestina.
Fatah didirikan oleh beberapa orang, seperti mendiang presiden Otoritas Palestina Yasser Arafat, pembantu Khalil al-Wazir, Salah Khalaf, dan Mahmoud Abbas.
Sementara itu Hamas adalah singkatan dari Harakat al-Muqawamah al-Islamiyya, atau Gerakan Perlawanan Islam. Kata Hamas berarti semangat.
Gerakan Hamas didirikan di Gaza pada tahun 1987 oleh Imam Sheikh Ahmed Yasin dan ajudannya Abdul Aziz al-Rantissi tak lama setelah dimulainya Intifada pertama, atau pemberontakan Palestina melawan pendudukan Israel di wilayah Palestina.
Gerakan ini dimulai sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin di Mesir dan membentuk sayap militer, Brigade Izz al-Din al-Qassam, untuk melakukan perjuangan bersenjata melawan Israel dengan tujuan membebaskan Palestina. Mereka juga memberikan program kesejahteraan sosial kepada warga Palestina yang menjadi korban pendudukan Israel.
Hamas mendefinisikan dirinya sebagai “Gerakan pembebasan dan perlawanan nasional Islam Palestina", dengan menggunakan Islam sebagai kerangka acuannya.
Kedua partai ini mempunyai tujuan yang sama untuk membangun negara Palestina di wilayah yang diduduki Israel pada tahun 1967, yaitu Yerusalem Timur, Jalur Gaza, dan Tepi Barat. Namun dalam mencapainya keduanya memiliki jalan yang berbeda, Hamas menggunakan perlawanan bersenjata sedangkan Fatah memilih jalur negosiasi.
Hamas dan Fatah Berbeda Strategi
Di bawah Yasser Arafat, dan setelah Perang Arab-Israel tahun 1967, Fatah menjadi partai dominan di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang terdiri dari banyak partai politik Palestina. PLO dibentuk pada tahun 1964 dengan tujuan untuk membebaskan Palestina, dan saat ini bertindak sebagai perwakilan rakyat Palestina di PBB.
Fatah awalnya merupakan gerakan bersenjata. Namun, setelah diusir dari Yordania dan Lebanon pada tahun 1970an dan 1980an, gerakan ini mengalami perubahan mendasar, memilih untuk bernegosiasi dengan Israel.
Pada tahun 1990-an, PLO yang dipimpin Fatah secara resmi meninggalkan perlawanan bersenjata dan mendukung Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB, yang menyerukan pembangunan negara Palestina di perbatasan tahun 1967 (Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Gaza), berdampingan dengan negara Israel.
Sementara itu, hingga saat ini Hamas terus melakukan perjuangan bersenjata untuk melawan Israel dengan tujuan membebaskan Palestina. Mereka juga memberikan program kesejahteraan sosial kepada warga Palestina yang menjadi korban pendudukan Israel.
Bagaimana Cara Menggalang Dukungan?
Dalam hal menggalang dukungan, keduanya menggunakan taktik yang sangat berbeda.Hamas, seperti Ikhwanul Muslimin, menggunakan aktivisme akar rumput untuk menginformasikan ideologinya kepada masyarakat, di tempat-tempat seperti masjid dan universitas.
Sementara itu, Fatah tidak lagi melakukan latihan semacam itu, dan lebih mengandalkan penyediaan dukungan finansial untuk mendapatkan pengikut, menurut mereka yang berada di lapangan.
Di sisi lain, Hamas memiliki basis loyalitas yang sangat berbeda, kata aktivis Hazem Abu Helal yang berbasis di Ramallah.
“Hamas memiliki ideologi yang berbeda dan mereka memiliki orang-orang yang bekerja untuk mempromosikan ide-ide mereka, berbeda dengan Fatah yang menggunakan uang untuk mengamankan pengikutnya,” kata Abu Helal kepada Al Jazeera.
NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI I NABILA AZZAHRA/ ALJAZEERA I AL MAYADEEN I ARAB NEWS