Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kekuatan vietnam: gajah pelindung ?

Dr. guy pauker, pejabat rand corporation, menyatakan vietnam mempunyai 2 modal untuk menjadi kekuatan besar di indocina persatuan partai komunisnya dan militernya. (ln)

14 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA dugaan bahwa dalam pertempuran Vietnam dengan Kamboja kini pihak Vietnam lah yang memulai. Mengingat untuk jadi si agresor, tentara Kamboja terlalu lemah dibandingkan dengan tetangganya itu. Tapi teori itu belum tentu benar. Kamboja lah yang lebih dulu punya catatan bentrokan dengan tetangga, yakni dengan Muangthai. Dengan teknologi yang sederhana dan tampang yang lebih seperti pasukan liar, pasukan Kamboja mungkin tidak punya koordinasi cukup rapi. Regu-regu yang jauh dari pusat bisa saja menimbulkan pertempuran karena keputusan setempat. Meskipun demikian, kekuatan Vietnam demikian rupa hingga dorongan untuk menentukan corak di kawasannya bisa dituduh datang dari sini. Seorang pejabat senior Rand Corporation, badan riset yang banyak berhubungan dengan Departemen. Pertahanan AS, pernah menyatakan: "Jika para pemimpin Hanoi mau, Vietnam dalam dasawarsa mendatang dapat menjadi Prusia nya Asia Tenggara." Dengan menyebut "Prusia" pejabat itu, Dr. Guy Pauker, agaknya ingin menggambarkan kemampuan dan ambisi Vietnam, mengingat pengalaman dan kekuatan perangnya. Pauker, berbicara di depan Sub-Komite Dewan Perwakilan Rakyat AS, April 1976, membandingkan Vietnam dengan negara besar lain di Asia Tenggara, Indonesia. Penduduk Indonesia (1980 akan menjadi 154 juta) adalah yang terbesar di wilayah ini--sekitar 3 x penduduk Vietnam (48,6 juta). Namun sejak masa Orde Baru, kata Pauker, Indonesia mengekang diri dalam membelanjakan uang buat persenjataan. Kemenangan komunis di Vietnam pertengahan 1975 menyebabkan Indonesia perlu meninjau kembali rencana pertahanannya. Tapi krisis keuangan yang disebabkan hutang Pertamina menyebabkan Indonesia menghindarkan program kilat untuk memperoleh persenjataan. Sementara itu, Indonesia sendiri tak ingin ASEAN jadi persekutuan militer, dan Indonesia tak menyatakan diri mau memimpin pertahanan ASEAN. Sebaliknya, Vietnam punya dua modal yang meyakinkan. Pertama, kepemimpinan sebuah partai komunis yang berbeda dengan Partai komunis di tempat lain, selama 30 tahun tak retak persatuannya. Ke pemimpinan kolektifnya berhasil mengalahkan Perancis dan AS secara militer dan politik, dan menarik bantuan baik dari Uni Soviet maupun RRC, tanpa jadi ekor salah satu kekuatan komunis itu. Kepemimpinan komunis di Vietnam juga punya cara mobilisasi massa dan pengawasan rakyat yang bisa digunakan untuk mendukung tiap gerak kepemimpinannya. Kedua, kekutan militernya sangat ampuh. Kekuatan ini bhkan melebihi ke-21 divisi pasukan Cina yang dipasang di wilayah selatan. Menurut perkiraan International Institute for Strategic Studies, Republik Demokrasi Vietnam punya 700.000 pasukan bersenjata pada saat pertempuran berhentiApril 1975. Mereka disusun dalam 24 divisi infantri, 3 divisi pelatih, komando artileri yang terdiri dari 10 resimen, 10 resimen infantri lepas, 15 resimen SAM dan 40 AA resimen artileri. Di masa damai jumlah itu bisa berkurang. Tapi jika Hanoi meneruskan wajib militer selama dua tahun dan mempertahankan cukup banyak pasukan yang berpengalaman perang, besarnya tentara Vietnam masih bisa melebihi 700.000. Apalagi jika sisa-sisa tentara Vietnam Selatan yang kalah dapat diindoktrinasi dan dimanfaatkan untuk memegang persenjataan modern yang dulu datang dari AS. Persenjataan Vietnam sendiri tak main-main. Tanpa ditambah dengan senjata AS yang berhasil direbut, Vietnam pada akhir perang yang lalu sudah lebih unggul ketimbang artileri, tank dan pasukan darat dari seluruh negara non-komunis di Asia Tenggara. Vietnam punya 900 tank Soviet jenis T-34, T-54 dan T-59, serta 60 tank ringan, sementara jumlah semua tank yang dimiliki Burma, Indonesia, Malaysia, Pilipina, Singapura dan Muanghai hanya 406. Angkatan Laut Vietnam memang cuma 90 kapal, masih kalah dibandingkan dengan Muangthai saja (112 buah), dan Angkatan Udaranya cuma punya 268 pesawat tempur, masih kalah dari seluruh negara Asia Tenggara non-komunis: 355 pesawat tempur. Tapi ada nya kapal dan pesawat AS yang jatuh ke tangan Hanoi rmembikin perimbangan lebih menguntungkan Vietnam. Namun, menurut penilaian Pauker, nampaknya Viet nam hanya akan membiarkan kekuatan militernya sekedar buat pertahanan. Ikhtiar nasional yang paling besar ditujukan untuk rekonstruksi dan pembangunan, setelah perang yang bertahun-tahun itu. Maka ada harapan bahwa di kawasan ini kelak tak perlu terjadi suatu konfrontasi, terutama antara Vietnam dengan negara besar lainnya, Indonesia, yang punya ideologi berbeda. DAN Guy Pauker pun memperhitungkan, bahwa bisa saja kelak Vietnam tampil jadi penjaga Asia Tenggara menghadapi tekanan yang datang dari kekuatan darat tetangganya, Cina. Sementara itu Indonesia, jika telah mengalihkan kekuatannya kepada kekuatan maritim, akan menjaga Asia Tenggara dari campurtangan yang tak dikehendaki melalui lautan -- misalnya yang datang dari Uni Soviet atau AS. Jika itu terjadi, negara-negara di sekitarnya yang lebih kecil pun akan berada dalam Asia Tenggara yang damai, merdeka dan netral - berkat "gajah" Vietnam dan "ikan paus" Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus