Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kematian mantan Presiden Jiang Zemin akibat leukemia pada usia 96 tahun, Rabu 30 November 2022, membuat netizen China berduka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Seperti dilansir Reuters, banyak netizen platform Weibo—aplikasi media sosial mirip Twitter di China menggambarkan kematian Jiang, yang tetap berpengaruh setelah akhirnya pensiun pada 2004, sebagai akhir dari sebuah era.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Saya sangat sedih, tidak hanya untuk kepergiannya, tetapi juga karena saya benar-benar merasa bahwa sebuah era telah berakhir," tulis seorang pengguna yang berbasis di provinsi Henan.
"Seolah-olah apa yang telah terjadi belum cukup, 2022 memberi tahu orang-orang dengan cara yang lebih brutal bahwa sebuah era telah berakhir," tulis seorang pengguna Weibo Beijing.
Bagi generasi muda China, Jiang menjadi sosok idola baru sejak kepemimpinan Xi Jinping. Meski selama 14 tahun berkuasa, sejumlah kebijakan Jiang menjadi kontroversi, tetapi ia memberikan sentuhan berbeda dibanding Xi yang kini memimpin secara otoriter seperti era Mao Zedong.
Sikap Jiang yang bersemangat dan tulus, tidak diragukan lagi, merupakan angin segar yang disambut generasi muda China sebagai contoh propaganda lunak. Dalam video yang tersedia online, Jiang memainkan ukulele, berdansa dengan istri presiden Prancis, dan menyanyikan lagu “Love Me Tender” dari Elvis Presley.
Generasi muda Negeri Tirai Bambu suka menonton video kunjungan dan pidatonya dan menghargai keterbukaannya, sifat tak ternilai jika dibandingkan sikap pragmatis dan dingin tokoh PKC lainnya.
Gayanya dapat mengejutkan tamu-tamunya, yang mengharapkan seorang presiden yang sopan. Namun, malah bertemu dengan mantan manajer pabrik mobil yang ramah kadang-kadang menyanyikan lagu, membacakan puisi, atau memainkan alat musik.
"Dia memiliki gaya pribadi yang terkadang sedikit santai. Saya pikir dia lebih manusiawi daripada Hu Jintao," kata Jean Pierre Cabestan, seorang profesor politik di Universitas Baptis Hong Kong.
"Jiang Zemin tampil natural, meski terkadang bisa dianggap vulgar, tidak terlalu canggih."
Jiang memimpin Partai Komunis China yang berkuasa setelah penumpasan berdarah Tiananmen terhadap pengunjuk rasa pro-demokrasi pada 1989. Namun, ia berhasil membawa China menjadi lebih baik. Ia memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat dan mengawasi ledakan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dia menjabat sebagai presiden dari 1993 hingga 2003. Sebagai pemegang jabatan tertinggi di China, ketua Partai Komunis yang berkuasa dari 1989, dan menyerahkan peran itu kepada Hu Jintao pada 2002. Dia baru melepaskan posisi sebagai kepala militer pada 2004, yang juga diampunya sejak 1989.
Ketika Jiang pensiun, dikatakan oleh sumber yang dekat dengan kepemimpinan pada saat itu bahwa ke mana pun Hu memandang, dia akan melihat pendukung pendahulunya.
Jiang telah membentuk badan kepemimpinan paling kuat di China, Komite Tetap Politbiro, dengan anak didiknya sendiri, banyak dari mereka dari apa yang disebut "Gang Shanghai".
Namun, pada 2004, kepemimpinan komisi militer pada 2004 oleh Hu mengkonsolidasikan cengkeramannya, menetralkan Gang Shanghai dan berhasil menjadikan Xi Jinping sebagai penggantinya.
REUTERS