Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penduduk desa di India utara menggunakan tongkat, tombak dan parang, memukuli harimau sampai mati setelah menyerang beberapa warga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penduduk mengelilingi harimau di hutan terbuka dan memukul wajahnya saat berbaring dan mengerang. Harimau itu perlahan-lahan menggerakkan cakarnya dalam upaya yang sia-sia untuk menahan pukulan warga. Insiden pemukulan terhadap harimau terekam dan videonya viral.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laporan New York Times, 27 Juli 2019, saat ini dunia hanya memiliki sekitar 4.000 harimau yang tersisa di alam liar, dan sebagian besar dari mereka tinggal di India. Setelah video menyebar di media sosial, banyak orang India menyatakan kemarahannya, mempertanyakan bagaimana orang bisa membunuh hewan ikonik dan terancam punah seperti itu.
"Hewan Nasional India Dipukuli Sampai Mati," demikian judul berita di NDTV, salah satu saluran televisi terbesar di India, yang menayangkan video tersebut.
Pemukulan terhadap harimau ini dimulai Rabu sore di Pilibhit Tiger Reserve, sekitar 200 mil sebelah timur New Delhi, kata Vaibhav Srivastava, hakim distrik Pilibhit.
Harimau itu, seekor betina berusia 5-6 tahun, menyerang seorang pria yang telah memasuki cagar alam untuk menangkap ikan di sungai. Penduduk desa yang bekerja di sawah di dekatnya mencoba mengusir harimau itu, dan dalam perkelahian delapan orang lainnya terluka, salah satunya kemudian mati, kata Srivastava.
Puluhan orang dengan cepat membentuk pagar betis untuk membunuh harimau, kata pejabat kehutanan.
Ketika penjaga hutan mencoba menenangkan, penduduk desa menghalangi mereka dan menyambar ponsel untuk menghentikan mereka meminta bantuan. Polisi hutan hanya dipersenjatai dengan tongkat kayu dan jumlahnya jauh lebih sedikit, kata H. Rajamohan, direktur lapangan cagar harimau.
Ketika pejabat senior kehutanan mencoba menjangkau daerah itu, penduduk desa memblokir mereka dan menyerang mobil mereka.
Ketika mereka melakukannya, yang lain mendekati harimau itu.
Menurut Rajamohan, seseorang menombak harimau itu, dan ketika ia berbaring telentang, meronta-ronta di rumput, penduduk desa mulai menghembuskan pukulan dari tongkat dan parang.
"Bunuh! Bunuh!" teriak beberapa orang ketika mereka menarik batang bambu tinggi-tinggi di atas kepala mereka dan menghancurkan wajah dan tubuh harimau.
Rajamohan berkata bahwa harimau itu merangkak ke dalam hutan, di mana gerombolan itu terus memukulinya. Beberapa jam kemudian, harimau itu mati.
Setiap bagian tubuhnya terluka parah, termasuk rahang patah dan banyak tulang rusuk patah.
India menganggap serius pembunuhan harimau, di mana beberapa kasus diselidiki seperti pembunuhan. Pihak berwenang di daerah Pilibhit mengatakan mereka telah mempelajari dengan seksama video pembunuhan, mengidentifikasi 30 tersangka, dengan setidaknya empat ditangkap.
"Ini insiden yang sangat keterlaluan," kata Rajamohan.
Dia mengatakan ini bukan ledakan kekerasan spontan.
"Ini sudah direncanakan dengan baik," katanya.
Hukuman di India untuk membunuh harimau bisa lebih dari tiga tahun penjara.
Kurang dari setahun yang lalu di cagar harimau India lain tidak jauh dari Pilibhit, penduduk desa dengan sengaja menabrak harimau dengan traktor dan membunuhnya.
Upaya India melindungi harimau, mulai dari pemantauan yang lebih dekat, teknologi baru, dan kebijakan satwa liar yang lebih ketat, telah menyebabkan peningkatan tajam dalam jumlah harimau, dari 1.411 pada 2006 menjadi sekitar 2.500 saat ini.
Populasi manusia India dan ekonominya telah berkembang pesat juga, terus mengisi daerah pedesaan dengan pertanian, jalan, dan kota-kota yang menjamur seperti Pandharkawada. Banyak harimau sekarang kehabisan ruang, dan lebih banyak berbenturan dengan manusia.
Harimau keluar dari habitat mereka, berkeliaran di jalan raya aspal baru yang mulus dan menjelajahi tanah pertanian India yang ramai untuk mencari wilayah, teman dan mangsa seperti kijang, babi hutan, ternak liar dan kadang-kadang orang.