Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Eropa Bersatu Gelar Protes Serangan Israel di Jalur Gaza

Ratusan ribu orang di berbagai kota besar Eropa menggelar aksi unjuk rasa memprotes Nakba dan serangan Israel di Gaza

19 Mei 2025 | 10.00 WIB

Protes Pro Palestina untuk gencatan senjata di London, Inggris, 13 Januari 2024. Dok. Shutterstock
Perbesar
Protes Pro Palestina untuk gencatan senjata di London, Inggris, 13 Januari 2024. Dok. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan ribu orang di berbagai kota besar Eropa menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran pada 15 Mei untuk memperingati Hari Nakba -- hari ketika lebih dari 700.000 warga Palestina terusir dari tanah air mereka usai berdirinya Israel pada 1948.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Seperti dilansir Anadolu dan Aljazeera pada Ahad, aksi protes itu juga menjadi bentuk kecaman atas serangan brutal Israel ke Jalur Gaza. Para aktivis mengatakan bahwa sejarah terulang kembali hari ini di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Stockholm, ribuan orang memadati Lapangan Odenplan atas undangan sejumlah organisasi masyarakat sipil.

Para demonstran membawa bendera Palestina, foto anak-anak korban serangan, dan spanduk bertuliskan “Hentikan genosida rezim Zionis di Palestina.”

Sebagian peserta memegang poster bertuliskan nama-nama warga sipil yang tewas di Gaza untuk menarik perhatian terhadap tragedi kemanusiaan yang masih berlangsung.

Aktivis Yahudi asal Swedia, Dror Feiler, menyebut serangan Israel di Gaza sebagai bentuk genosida dan mendesak agar aksi itu segera dihentikan.

Feiler juga mengecam Menteri Luar Negeri Swedia Maria Malmer Stenergard karena bungkam atas kekejaman tersebut.

Pendeta Ann Christin Kristiansson dari Gereja Swedia turut mendukung pernyataan Feiler. Kepada Anadolu, ia menyebut bahwa penghentian kekerasan harus ditempuh melalui perlawanan sipil yang terorganisir, bukan melalui kekuatan militer.

Ia menekankan bahwa serangan Israel menyasar perempuan, anak-anak, dan warga sipil, bukan pejuang perlawanan. Menurutnya, solusi politik berbasis hukum internasional sangat mendesak.

Sementara itu di London, ratusan ribu orang berkumpul dan melakukan pawai menuju Downing Street, lokasi kantor Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. Mereka menuntut dihentikannya genosida Israel terhadap warga Jalur Gaza, bertepatan dengan peringatan 77 tahun Nakba.

Massa mengenakan keffiyeh atau syal khas Palestina, membawa bendera Palestina, dan meneriakkan yel-yel seperti: “Hentikan genosida di Gaza,” “Bebaskan Palestina,” dan “Israel adalah teroris.”

Para pengunjuk rasa juga mengecam blokade Israel yang menyebabkan lebih dari dua juta warga Palestina di Gaza menderita kelaparan.

Mereka menuding pemerintah Inggris ikut bertanggung jawab karena mendukung Israel secara militer dan politik.

Beberapa tokoh terkenal turut hadir, termasuk aktor serial The Crown, Khalid Abdalla, aktris Juliet Stevenson, dan mantan diplomat serta perwira militer AS Ann Wright.

Duta Besar Palestina untuk Inggris, Husam Zomlot, mengatakan bahwa genosida telah berlangsung selama 77 tahun, bukan hanya akibat eskalasi terbaru.

Ia juga menyoroti penghancuran kampung halamannya di Gaza dan kondisi kemanusiaan yang sangat parah -- di mana bantuan terhambat dan kelaparan meluas, bahkan menimpa dokter, jurnalis, dan relawan.

Mantan pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, dan anggota parlemen Apsana Begum mengecam kebijakan ekspor senjata dan blokade yang dilakukan pemerintah Inggris.

Ketua Kampanye Solidaritas Palestina, Ben Jamal, menyatakan bahwa para pemimpin politik akan dikenang oleh sejarah karena gagal menghentikan dukungan terhadap kekejaman militer Israel.

Ratusan orang juga berkumpul di Potsdamer Platz, Berlin, Jerman, dalam aksi memperingati Nakba dan mengecam serangan Israel ke Gaza.

Massa membawa bendera Palestina dan poster bertuliskan “Diam berarti ikut bersalah” serta “Kalian tidak bisa membunuh kami semua.” Aksi dijaga ketat aparat keamanan dan sedikitnya tiga orang ditahan.

Peristiwa itu berlangsung di tengah tindakan pengamanan ketat, dengan sedikitnya tiga orang dilaporkan ditahan. Jerman merupakan pendukung utama Israel di Eropa yang menetapkan dukungan terhadap Palestina sebagai kejahatan.

Di Amsterdam, Belanda, ribuan orang berkumpul di Lapangan Dam untuk menyuarakan penolakan terhadap kekerasan Israel dan memperingati tragedi Nakba.

Mohammed Kotesh menegaskan bahwa genosida yang terjadi kini semakin parah, dan mendesak agar blokade Gaza dicabut agar bantuan kemanusiaan bisa masuk tanpa hambatan. Menurutnya, Gaza berada di ambang Nakba baru.

Spanduk yang dibawa peserta bertuliskan: “Dari sungai hingga laut, Palestina akan merdeka,” “Akhiri pendudukan,” “Hentikan genosida,” “Boikot Israel,” dan “Malu atas dukunganmu.”

Di Athena, Yunani, aksi solidaritas digelar untuk memperingati 77 tahun Nakba. Para peserta berbaris membawa bendera Palestina dan mengenakan keffiyeh, berjalan menuju Kedutaan Besar AS dan Israel.

Ketua Asosiasi Muslim Yunani, Naim el-Ghandour, menyarankan agar diselenggarakan pertemuan global yang dipimpin Turki untuk mendorong perdamaian. Ia yakin tekanan internasional dapat menghentikan perang dan mengisolasi Israel secara diplomatik.

Muhammed el-Batta, warga Gaza yang hadir dalam aksi, mengatakan bahwa kekerasan ini bukan perang, melainkan genosida yang telah berlangsung selama 80 tahun dan kini memasuki fase akhir.

Ia menyebut kekerasan meningkat karena Israel berupaya mengosongkan Gaza dari warga Palestina.

Apa Itu Nakba?

Tanggal 15 Mei diperingati sebagai Hari Nakba, atau “Bencana Besar,” yakni peristiwa pengusiran massal terhadap lebih dari 700.000 warga Palestina dari kota dan desa mereka pada 1948, menyusul dibentuknya Israel.

Kebrutalan Israel berulang setelah militer Israel menewaskan 53.272 warga Palestina dan melukai 120.673 orang sejak melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700 orang, dengan mencatat bahwa ribuan orang yang masih hilang di bawah reruntuhan diperkirakan tewas.

Sebagian besar korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas agresinya terhadap Jalur Gaza.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus