Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

PBB Kantongi Identitas 160 Milisi ISIS Pembantai Yazidi

Penyelidik PBB sejauh ini mengidentifikasi 160 milisi ISIS yang dituduh melakukan pembantaian Yazidi di Irak utara pada 2014.

27 November 2019 | 17.30 WIB

Sejumah perempuan dari kelompok minoritas Yazidi, yang berhasil melarikan diri dari ISIS  di sebuah rumah di provinsi Duhok, Irak, 24 November 2016. Para kelompok Yazidi yang ditangkap ISIS dijadikan budak dan juga ada yang dibunuh. REUTERS/Ari Jalal
Perbesar
Sejumah perempuan dari kelompok minoritas Yazidi, yang berhasil melarikan diri dari ISIS di sebuah rumah di provinsi Duhok, Irak, 24 November 2016. Para kelompok Yazidi yang ditangkap ISIS dijadikan budak dan juga ada yang dibunuh. REUTERS/Ari Jalal

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Penyelidik PBB sejauh ini mengidentifikasi 160 milisi ISIS yang dituduh melakukan pembantaian Yazidi di Irak utara pada 2014. Mereka sedang membangun kasus-kasus hukum terhadap para pelaku, kata ketua tim itu kepada Dewan Keamanan AS pada hari Selasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dikutip dari Reuters, 27 November 2019, tim investigasi PBB, yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB, mulai bekerja setahun yang lalu untuk mengumpulkan dan menyimpan bukti untuk penuntutan tindakan ISIS di Irak yang mungkin merupakan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan atau genosida.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sehubungan dengan komunitas Yazidi saja, kejahatan yang menargetkan mereka, kami telah mengidentifikasi lebih dari 160 pelaku pembantaian terhadap Yazidi...dan kami memfokuskan pekerjaan kami untuk membangun kasus-kasus yang solid dan semoga diajukan ke pengadilan domestik," kata Karim Asad Ahmad Khan, kepala tim PBB.

Para pakar PBB pada Juni 2016 memperingatkan bahwa ISIS melakukan genosida terhadap Yazidi di Suriah dan Irak untuk menghancurkan komunitas agama minoritas melalui pembunuhan, perbudakan seksual, dan kejahatan lainnya.

Militan ISIS menganggap Yazidi sebagai pemuja setan. Iman Agama Yazidi memiliki unsur-unsur Kristen, Zoroastrianisme dan Islam.

Aktivis Yazidi, Nadia Murad berhasil Dianugerahi Nobel Perdamaian Dunia. REUTERS/Lucas Jackson

Nadia Murad, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2018 atas upayanya mengakhiri penggunaan kekerasan seksual sebagai senjata perang, dan pengacara hak asasi manusia Amal Clooney memainkan peran penting dalam mendorong tim investigasi PBB. Murad adalah seorang perempuan Yazidi yang diperbudak dan diperkosa oleh milisi ISIS pada tahun 2014.

ISIS menyerbu jantung agama Yazidi di Sinjar, Irak utara, pada tahun 2014, memaksa para perempuan muda menjadi budak seks yang mereka klaim sebagai "istri" bagi militannya. Sementara mereka membantai para pria dan perempuan Yazidi yang lebih tua.

Korban selamat Yazidi, Kachi, berbicara kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Selasa.

"Setelah menembaki kami, anggota ISIS pergi ke tempat lain. Setelah sadar, saya mendapati diri saya di bawah tumpukan mayat," katanya kepada DK PBB. "Ketika saya membuka mata, saya melihat tiga saudara lelaki saya. Mereka di sebelah saya. Mereka sudah mati. Begitu juga keponakan dan sepupu saya."

Dia mengatakan istri dan putrinya diculik dan dijual sebagai budak seks dan dia telah kehilangan sekitar 75 anggota keluarganya.

Dia masih ingat bagaimana militan ISIS menculik istri dan putrinya lima tahun lalu. Putrinya, Lara, yang berusia tiga bulan, meninggal dalam penawanan karena kehausan dan kelaparan. Kachi mengatakan bahwa masyarakat Yazidi kini mencari keadilan atas teror dan pembantaian ISIS.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus