Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Profil Julian Assange, Pendiri Wikileaks, dan Pertarungan Hukum

Julian Assange akan mengaku bersalah karena melanggar hukum spionase AS dalam sebuah kesepakatan yang akan mengakhiri masa tahanannya.

25 Juni 2024 | 11.01 WIB

Orang-orang mengambil bagian dalam protes di luar kedutaan AS di Brussels ketika banding terakhir pendiri WikiLeaks Julian Assange terhadap ekstradisinya ke AS disidangkan di London,
Perbesar
Orang-orang mengambil bagian dalam protes di luar kedutaan AS di Brussels ketika banding terakhir pendiri WikiLeaks Julian Assange terhadap ekstradisinya ke AS disidangkan di London,

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, akan mengaku bersalah karena melanggar hukum spionase AS dalam sebuah kesepakatan yang akan mengakhiri masa tahanannya dan pengembaraan hukumnya yang panjang terkait pembocoran ratusan ribu dokumen rahasia militer AS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Berikut ini adalah beberapa fakta tentang Assange dan kasus hukumnya:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siapakah Julian Assange?

Assange lahir di Townsville, Australia, pada Juli 1971.

Di masa remajanya, ia mendapatkan reputasi sebagai programmer komputer yang canggih dan pada tahun 1995 ia mengaku bersalah dan didenda karena melakukan peretasan. Di akhir usia 20-an, dia kuliah di Universitas Melbourne untuk belajar matematika dan fisika.

Apa itu Wikileaks?

Assange meluncurkan WikiLeaks pada 2006, menciptakan sebuah "surat mati" berbasis web untuk para calon pembocor.

Situs web ini menjadi terkenal pada bulan April 2010 ketika menerbitkan video rahasia yang menunjukkan serangan helikopter AS pada 2007 yang menewaskan selusin orang di ibukota Irak, Baghdad, termasuk dua staf kantor berita Reuters.

Selama 2010, NSA merilis lebih dari 90.000 dokumen rahasia militer AS mengenai perang di Afghanistan, dan sekitar 400.000 file rahasia AS mengenai perang Irak - pelanggaran keamanan terbesar dalam sejarah militer AS.

NSA juga merilis 250.000 kabel diplomatik rahasia dari kedutaan besar AS di seluruh dunia pada tahun 2011, dan beberapa di antaranya diterbitkan oleh surat kabar seperti The New York Times dan Guardian di Inggris.

Pembocoran ini membuat marah dan malu para politisi dan pejabat militer AS, yang mengatakan bahwa hal ini membahayakan nyawa.

Mantan analis intelijen militer Chelsea Manning pernah menjalani hukuman tujuh tahun di penjara militer karena membocorkan pesan dan kabel kepada WikiLeaks, sebelum akhirnya dibebaskan oleh Presiden Barack Obama.

Kelompok ini kembali menjadi sorotan menjelang pemilihan presiden AS tahun 2016 ketika mereka menerbitkan puluhan ribu email milik ketua kampanye calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton.

Sebuah laporan Senat AS pada 2020 mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan WikiLeaks untuk membantu Donald Trump dari Partai Republik meraih kemenangan dalam pemilihan tersebut. Trump menepis laporan itu sebagai hoaks dan Rusia selalu membantah ikut campur dalam pemilu.

Penangkapan dan Dimulainya Pertarungan Hukum

Pengadilan Swedia memerintahkan penahanan Assange pada November 2010 sebagai hasil dari investigasi atas tuduhan kejahatan seks yang dibuat oleh dua orang relawan WikiLeaks Swedia. Dia ditangkap oleh polisi Inggris pada Desember 2010 dengan Surat Perintah Penangkapan Eropa (EAW) yang dikeluarkan oleh Swedia.

Assange membantah tuduhan tersebut dan mengatakan sejak awal bahwa itu adalah dalih untuk mengekstradisinya ke Amerika Serikat untuk menghadapi tuntutan atas rilis WikiLeaks.

Pada Juni 2012, tak lama setelah Mahkamah Agung Inggris menolak gugatan terakhirnya terhadap ekstradisi ke Swedia, ia memasuki kedutaan Ekuador di London untuk mencari suaka.

 

Tujuh Tahun Assange di Kedutaan Besar Ekuador

Ekuador memberikan suaka politik kepada Assange pada Agustus 2012. Polisi Inggris melakukan penjagaan sepanjang waktu untuk mencegah pelariannya, dengan mengatakan bahwa ia akan ditangkap jika ia pergi.

Kebuntuan ini membuat Assange tinggal di tempat yang sempit di kedutaan. Jaksa Swedia membatalkan penyelidikan mereka pada 2017 tetapi polisi Inggris mengatakan bahwa dia akan tetap ditangkap jika dia meninggalkan kedutaan karena kegagalannya untuk menyerahkan diri dengan jaminan.

Selama berada di kedutaan, ia memiliki dua anak dengan pasangannya, Stella Moris. Dia menikahinya pada 2022 di penjara Belmarsh.

Kebuntuan Kedutaan Berakhir, Kasus AS Dimulai

Pada 11 April 2019, Assange dibawa keluar dari kedutaan dan ditangkap setelah Ekuador mencabut suakanya.

Bulan berikutnya ia dipenjara selama 50 minggu karena melanggar ketentuan jaminan. Pada bulan Juni 2019, Departemen Kehakiman AS secara resmi meminta Inggris untuk mengekstradisinya untuk menghadapi 18 tuduhan bahwa ia bersekongkol untuk meretas komputer pemerintah AS dan melanggar undang-undang spionase.

Assange menyelesaikan hukumannya pada September 2019, namun tetap berada di penjara dengan keamanan maksimum di Belarusia sambil menunggu sidang ekstradisi.

Pada 2021, seorang hakim Inggris memutuskan bahwa Assange tidak boleh diekstradisi, dengan alasan bahwa masalah kesehatan mentalnya membuat dia berisiko bunuh diri.

Pihak berwenang AS memenangkan banding pada Desember 2021, setelah mereka menawarkan untuk mengizinkan Assange menjalani hukuman apa pun di Australia jika terbukti bersalah.

Pertarungan Hukum Terakhir

Pada Juni 2022, Inggris menyetujui ekstradisinya dan pada tahun berikutnya, seorang hakim di Pengadilan Tinggi London menolak permohonan awal untuk menggugat keputusan tersebut.

Pada Februari tahun ini, tim hukum Assange meminta izin untuk mengajukan banding terakhir, dengan alasan bahwa kasus ini bermotif politik, serangan terhadap kebebasan berbicara dan jurnalisme, dan bahwa Assange berpotensi menghadapi hukuman mati jika terbukti bersalah.

Pengadilan Tinggi menolak argumennya, namun mengatakan bahwa AS harus memberikan jaminan bahwa Assange tidak akan menghadapi hukuman mati dan berhak untuk mengandalkan hak Amandemen Pertama untuk bebas berbicara.

Namun, dalam sebuah dorongan untuk Assange, Pengadilan Tinggi kemudian mengatakan bahwa pengajuan AS tidak cukup dan memberinya izin untuk melakukan banding penuh, sebuah proses yang akan memakan waktu berbulan-bulan.

Akhir dari Sebuah Pengembaraan?

Sekarang, di bawah perjanjian pengakuan bersalah dengan pihak berwenang AS, Assange akan mengaku bersalah di pengadilan AS di negara bagian persemakmuran Kepulauan Mariana Utara atas satu dakwaan kriminal yaitu bersekongkol untuk mendapatkan dan mengungkapkan dokumen pertahanan nasional AS yang bersifat rahasia, demikian menurut pengajuan hukum. Dia akan dijatuhi hukuman 62 bulan penjara yang sudah dijalani.

REUTERS

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus