Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Rp 20 Juta Jadi Wakil Wali Kota Sehari, Mau?

Anda juga berhak untuk menamai jalan-jalan di sana.

27 Februari 2015 | 05.53 WIB

Sejumlah pria menyiramkan air pada seorang gadis dalam acara tradisional Paskah di Holloko, Budapest, Hungaria, (21/4). Warga Holloko merayakan Paskah dengan tradisi menyiram para gadis yang dipercaya akan mendapat kesuburan suku Hungaria. REUTERS/Bernade
Perbesar
Sejumlah pria menyiramkan air pada seorang gadis dalam acara tradisional Paskah di Holloko, Budapest, Hungaria, (21/4). Warga Holloko merayakan Paskah dengan tradisi menyiram para gadis yang dipercaya akan mendapat kesuburan suku Hungaria. REUTERS/Bernade

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO , Megyer: Barangkali Anda sudah bosan dengan beragam jenis wisata yang ada. Nah, sebuah kota kecil di Hungaria menawarkan paket wisata yang unik.

Cukup dengan ongkos US$ 780 atau sekitar Rp 10 juta sehari Anda bisa menjadi wakil wali kota dan menamai jalan-jalan di kota itu untuk sementara.

Paket wisata tadi sudah termasuk tujuh guest house yang cukup diisi 39 orang, enam kuda, dua lembu, tiga kambing dan pekarangan untuk memelihara ayam.

Itulah yang ditawarkan Megyer, kota kecil berpenduduk 26 orang, seperti disiarkan kantor berita UPI pada Rabu, 25 Februari 2015.

Kota itu, yang sedang menarik pendapatan dari pariwisata, juga memiliki empat jalan, sebuah halte bus dan 4 hektare kebun.

Wali Kota Kristof Pajer mengatakan penyewa akan diangkat menjadi wakil wali kota sementara dan berhak untuk menamai jalan-jalan di sana.

Pajer mengatakan guest house itu dikelola oleh koperasi masyarakat yang dipimpin oleh balai kota. Lahan dan bangunan lainnya adalah milik penduduk yang mengalihkan hak pemeliharaannya kepada koperasi.

UPI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus