Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Pada 22 November 1990, salah satu perdana menteri terlama atau PM Inggris Margaret Thatcher, mengumumkan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri Inggris.
Setelah berkantor di Downing Street 10, London selama 11 tahun 209 hari, Thatcher mengundurkan diri. Selama memimpin, Thatcher dikenal dengan sebutan Iron Lady dan ia memilikki banyak kontroversi yang terkadang membuat jengkel lawan-lawan politiknya. Bahkan, ia menjadi musuh nomor satu dan sangat dibenci oleh kaum buruh Inggris.
Profil Margaret Thatcher
Margaret Hilda Thatcher atau media-media Uni Soviet menyebutnya dengan The Iron Lady merupakan seorang mantan perdana menteri Inggris dan menjadi perdana menteri perempuan pertama yang menjabat di Inggris. Ia disebut sebagai Iron Lady karena gaya kepemimpinannya dan gaya politinya yang cenderung keras.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Melansir laman UK Government, disebutkan bahwa Thatcher lahir pada 13 Oktober 1925 di Grantham, Lincolnshire, Inggris. Ia lahir dari keluarga menengah dan ayahnya, Alfred Roberts, merupakan seorang pengkhotbah, politikus lokal, dan juga pebisnis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lahir dari keluarga yang sudah cukup mapan, Thatcher tumbuh besar dengan pemikiran-pemikiran liberal klasik dan juga ia memegang prinsip konservatisme yang kuat karena pengaruh sang ayah.
Merujuk laman Britannica sebelum terjun ke dunia politik, Thatcher mengawali kariernya di dunia sains. Ia menempuh pendidikan di jurusan ilmu kimia Universitas Oxford dan lulus pada 1947. Setelah lulus, ia bekerja sebagai seorang peneliti pada sebuah perusahaan.Mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher (1982). Mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher meninggal pada 8 April 2013. Perempuan berjuluk Iron Lady ini meninggal akibat stroke pada usia 87 tahun. REUTERS
Walau bergelut di bidang sains, Thatcher ternyata memilikki ketertarikan juga terhadap dunia politik. Bahkan, ketika bekerja sebagai penliti, ia mulai rajin mengikuti agenda serta forum-forum yang diadakan oleh Partai Konservatif Inggris. Dalam agenda dan forum tersebut, Thatcher menarik perhatian banyak orang karena kemampuannya dalam berargumen serta ketahanannya dallam berdebat. Oleh karena itu, pada medio 1950-an, Thatcher memutuskan untuk terjun ke dalam dunia politik sepenuhnya.
Ia mengawali karier politiknya dengan menjadi kandidiat bagi Partai Konservatif dalam pemilihan umum lokal. Pada awal 1960-an, Thatcher berhasil mendapatkan kursi di Parlemen Inggris dan pada 1970, ia diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Sains.
Baca juga : Di Balik Cerita Justin Trudeau, Rishi Sunak dan PM Jepang Santap Malam di Kafe Lokal Bali Saat KTT G20.
Setelah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Sains, karier dan popularitas Thatcher semakin meningkat. Pada 1975, ia berhasill memimpin Partai Konservatif. Selama memimpin Partai Konservatif, Thatcher menjadi oposan bagi Partai Buruh. Ia banyak mengkritik Partai Buruh dan ia menjadi sangat dibenci oleh kaum buruh di Inggris. Setelah empat tahun menjadi oposan, Thatcher berhasil meraih posisi perdan amenteri pada 1979 setelah Partai Konservatif memenangi pemilihan umum.
Dibenci Kalangan Buruh
Selama menjabat sebagai PM Inggris, Thatcher semakin dibenci oleh kaum buruh dan kelompok kiri Inggris. Hal ini tidak terlepas dari Thatchersime yang sangat mendukung pasar bebas dan privatisasi perusahaan-perusahaan milik negara.
Dalam konferensi Partai Konservatif 1982, Thatcher mengeluarkan pendapat yang sangat membuat geram kaum buruh dan kelompk kiri Inggris.
"Kita sudah berusaha sekuat mungkin untuk menggulung sosialisme, kita lebih baik dari pemerintahan sebelumnya," kata Thatcher.
Selain itu, memandang bahwa serikat buruh sangat berbahaya dan ia memiliki komitmen untk mengurangi kekuatan serikat buruh di Inggris serta berusaha keras untuk menghalangi gerakan-gerakan yang pro kelas pekerja di Inggris. Bahkan, ia memandang bahwa aksi mogok yang dilakukan oleh para buruh hanya akan memperlambat ertumbuhan ekonomi Inggris.
Di sisi lain, Thatcherisme yang diterapkan...
Di sisi lain, Thatcherisme yang diterapkan oleh Thatcher mendorong terjadinya kesenjangan sosial yang semakin tinggi, meningkatnya inflasi, dan juga meningkatnya pengangguran di Inggris. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan Thatcher untuk memotong subsidi dan melakukan privatisasi.
Walau selama masa kepmimpinnya, kondisi sosial dan ekonomi Inggris tidak baik, ia dapat terus memenangi pemilu karena selalu memajukan jadwal pemilihan ketika kondisi sosial dan ekonomi sedang dalam kondisi baik. Hal ini pula yang semakin membuat geram kaum buruh dan kelompok kiri.
Setelah kepemimpinan panjang yang kontroversial, Thatcher mengundurkan diri dari kursi PM Inggris dan digantikan oleh koleganya dari Partai Konservatif, John Major. Walau sudah tidak mempimpin, tetapi Thatcherisme yang digagas oleh Thatcher terus dihidupo, khususnya oleh kalangan pemimpin dari Partai Konservatif.
Setelah pensiun sebagai perdana menteri, Thatcher masih aktif sebagai tokoh publik di Inggris dan menjadi konsultan geopolitik. Selain itu, ia aktif untuk menjadi pembicara di berbagai forum.
Pada 8 April 2013, Thatcher menghembuskan napas terakhirnya pada usia 87 tahun. Ia meninggal akibat stroke yang dialaminya. Kematian Thatcher mengundang kesedihan dari kalangan Partai Konservatif, tetapi kematian ini dirayakan oleh kaum buruh dan kelompok kiri Inggris.
Bahkan, dalam konferensi National Union of Students di Sheffield beberapa delegasi bertepuk tangan dan bersorak atas kematian Thatcher. Selain itu, di kota-kota, seperti Bristol, Liverpool, Newcastle, dan Manchester, kematian Thatcher dirayakan.
"Dia telah menciptakan krisis perumahan dan perbankan, ia merupakan pewaris kerusakan kerusakan Inggris dalam segi sosial dan ekonomi," kata mantan Wali Kota London dan anggota Partai buruh Ken Livingstone tentang PM Inggris kontroversial itu.
EIBEN HEIZIER
Baca juga : Total Kekayaan Narayana Murthy Mertua PM Inggris Rishi Sunak Lampaui Keluarga Kerajaan Inggris
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.