Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya empat orang tewas pada Rabu pagi, 22 Maret 2023, dalam serangan drone Rusia di dekat Kyiv yang menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menunjukkan Moskow tidak tertarik pada perdamaian. Peluncuran drone-drone itu terjadi ketika Presiden China Xi Jinping meninggalkan Moskow dengan janji persahabatan tetapi hanya sedikit penyebutan publik tentang perang tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Layanan Darurat Negara mengatakan pada aplikasi perpesanan Telegram bahwa dua asrama dan fasilitas pendidikan di Rzhyshchiv, 64 km di selatan ibukota, sebagian telah hancur dalam serangan semalam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala polisi daerah Andrii Nebytov mengatakan 20 orang telah dibawa ke rumah sakit dan beberapa masih hilang menyusul serangkaian ledakan setelah pukul 03.00 pagi yang menewaskan empat orang.
Sebagian besar lantai atas gedung asrama berlantai lima hancur akibat serangan itu. Pekerja dengan helm putih dan jaket reflektif memanjat melalui puing-puing bangunan lain yang rusak parah.
"Kita melihat bahwa musuh sekali lagi telah menyerang infrastruktur sipil (dan) orang-orang yang tak berdosa tewas,” tulis Nebytov di Telegram, sambil menambahkan salah satu korban adalah sopir ambulans yang datang untuk menolong.
Pejabat darurat negara mengatakan pencarian korban selamat terus berlanjut setelah serangan yang menurut militer Ukraina melibatkan drone Shahed buatan Iran.
"Lebih dari 20 drone pembunuh Iran, ditambah rudal, banyak insiden penembakan, dan itu terjadi hanya dalam satu malam teror Rusia terhadap Ukraina," tulis Zelensky di Twitter.
"Setiap kali seseorang mencoba mendengar kata 'perdamaian' di Moskow, perintah lain diberikan di sana untuk serangan kriminal semacam itu."
Militer Ukraina mengatakan mereka menembak jatuh 16 dari 21 drone yang diluncurkan ke Ukraina tengah malam dari utara. Rusia, yang menginvasi Ukraina 13 bulan lalu, tidak segera memberi komentar atas serangan-serangan itu.
REUTERS
Pilihan Editor: Pekerjaan Langka, Anak-anak Muda Gaza Tak Lagi Punya Harapan