Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan perhiasan asal Austria, Swarovski, pada Selasa, 13 Agustus 2019 meminta maaf karena melukai perasaan orang-orang Cina setelah menyebut Hong Kong sebagai negara terpisah dari Cina di situsnya. Hal ini telah membuat Swarovski menjadi merek barang mewah terbaru yang mendapat kecaman di Cina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Permintaan maaf dari brand perhiasan itu datang sehari setelah produsen barang mewah Versace meminta maaf atas kesalahan dalam pelabelan kota semi-otonom Hong Kong dan Makau serta pulau Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hong Kong telah menjadi subjek yang sangat sensitif bagi Beijing. Wilayah yang telah menjadi pusat keuangan itu jatuh dalam gelombang protes pro-demokrasi yang berbulan-bulan terjadi.
"Kami sangat menyesal kepada masyarakat Cina yang perasaannya telah dilukai. Swarovski berterima kasih atas pengawasan orang-orang dari semua lapisan masyarakat dan bersedia untuk terus membangun masyarakat yang harmonis dengan orang-orang Cina," tulis Swarovski.
Akibat kejadian ini, Swarovski juga harus kehilangan salah satu model mereka, yakni aktris Cina Jiang Shuying. Agensi Jiang mengatakan dalam sebuah pernyataan mereka telah mengirim pemberitahuan kepada Swarovski untuk mengakhiri kerja sama mereka sesegera mungkin.
"Kami menjunjung tinggi satu prinsip Tiongkok dan percaya bahwa kedaulatan nasional dan integritas wilayah kami tidak dapat dilanggar," kata instansi itu.
Swarovski juga menghadapi kemarahan di dunia maya kendati sudah berjanji akan melakukan yang terbaik demi memperbaiki kesalahan dalam waktu singkat.
"Saya tidak akan membelinya lagi. Tidak ada preferensi pribadi di depan kedaulatan nasional," tulis seorang pengguna di situs Weibo.
Sebelumnya Versace, Coach, dan Givenchy pada pekan ini ramai-ramai meminta maaf karena diduga membuat penghinaan terhadap kedaulatan Cina dengan membuat kaos yang mencantumkan Hong Kong dan Taiwan sebagai wilayah yang terpisah dari Cina. Hal ini telah membuat produsen merek ternama itu kehilangan model mereka asal Cina ketika perusahaan-perusahaan itu berusaha keras untuk meminimalkan potensi kerusakan di pasar yang menguntungkan.
ASIA ONE | MEIDYANA ADITAMA WINATA