Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada 12 Juli 1938, M.H. Thamrin, atas nama fraksi nasionalis dalam De Volksraad, parlemen Hindia Belanda yang anggotanya ditunjuk (bukan dipilih), membuat kejutan. Mulai hari itu, demikian tandasnya, dalam setiap sidang Volksraad (jadi bukan dalam sidang pandangan umum belaka) fraksinya hanya akan menggunakan bahasa Melajoe, cikal-bakal bahasa Indonesia. Thamrin berniat menindaklanjuti keputusan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, pada Juni 1938, yang bertekad memperluas penggunaan bahasa Melajoe di pelbagai kesempatan umum.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo