Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pamusuk Eneste*
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SWISS terkenal bukan hanya karena jam tangan Rolex, Longines, dan Mido. Juga bukan karena banyak bank beken di sana. Swiss juga tersohor bukan karena petenis Roger Federer, peraih 19 gelar Grand Slam. Bukan pula karena di sana terdapat sejumlah badan dunia, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, Badan Kesehatan Dunia (WHO), Badan Buruh Internasional (ILO), badan PBB untuk pengungsi (UNHCR), badan sepak bola dunia (FIFA), dan Dewan Gereja Dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ternyata Swiss juga terkenal karena sering “merepotkan” wartawan, editor/redaktur, dan kopieditor/penyunting naskah. Pasalnya, sering muncul pertanyaan, “Swiss itu ditulis dengan satu ‘s’ atau dua ‘s’?” Orang yang pernah bekerja sebagai penyunting naskah atau editor di penerbit buku atau di media cetak pastilah pernah berurusan dengan pertanyaan itu.
Biasanya akan muncul jawaban seperti ini, “Yang betul dengan dua ‘s’.” Kalau ditanyai lagi kenapa dengan dua “s”, akan dijawab, “Biasanya begitu”, atau “Dari sono-nya memang begitu.”
Mengapa kita menulis Swiss dengan dua “s”, bukan dengan satu “s”?
Kalau kita tilik beberapa produk negara kecil di Eropa Tengah itu, kita menemukan nama Swiss (dobel “s”). Perhatikan merek jam tangan terkenal, misalnya, di sana tertulis “Swiss Made”. Perhatikan pula maskapai penerbangan mereka: Swissair. Tak ketinggalan “pisau pintar” yang tersohor, Victorinox, di sana pun tertulis “Swiss Made”. Tak mengherankan bila Adinegoro menggunakan kata “Swiss” (dobel “s”) sebanyak 26 kali dalam Ensiklopedi Umum dalam Bahasa Indonesia (1954: halaman 346-348) untuk entri Swiss.
Berbeda dengan Adinegoro, Muhammad Yamin justru menyebut negara itu tiga kali dengan kata “Suis” dalam Atlas Sedjarah (1956: halaman 79, 86). Memang bermacam-macam sebutan untuk negara netral itu: Switzerland (Inggris), Suisse (Prancis), Schweiz (Jerman), dan Swiss (Indonesia).
Sangatlah menarik apa yang tertera dalam Merriam-Webster Collegiate Dictionary (2014: halaman 1.264): Swiss berarti penduduk asli negara Swiss dan kata Swiss sudah dikenal dalam bahasa Inggris sejak 1515.
Jadi, jelas dan tak bisa ditawar-tawar lagi, kita memang harus menulis Swiss dengan dua “s”.
Sampai di sini tentu timbul pertanyaan: adakah orang yang memakai “Swis”, hanya dengan satu “s”? Ternyata ada. Dalam kumpulan tulisan yang dihimpun oleh C. Hooykaas, Zakelijk Proza in Bahasa Indonesia (1949: halaman 124-129), ada satu tulisan yang berjudul “Swis Negara yang Aneh” (aslinya dengan ejaan lama). Dalam tulisan yang dikutip dari majalah Mimbar Indonesia (1948) itu, sayangnya, tak disebutkan nama penulisnya. Yang menarik, dalam tulisan itu digunakan kata “Swis” (satu “s”) dengan taat asas.
Sastrawan Ramadhan K.H. dalam tulisannya yang berjudul “Pameran/Pekan Buku di Luar Negeri” (Pekan Buku Indonesia 1954 [1954: halaman 48-51]) memakai “Swis” (satu “s”) tiga kali. Dalam tulisan itu, Ramadhan melaporkan sekilas Pameran Buku Frankfurt 1952 serta produksi buku di Inggris, Amerika Serikat, Jerman Barat, dan Prancis. “Keadaan dengan negara-negara kecil seperti negeri Swis, Belanda, Denmark, Finlandia memberikan gambaran yang juga tidak mengecewakan,” tulis Ramadhan, “jika diperhitungkan dengan penduduknya yang lebih sedikit jumlahnya daripada negara-negara yang disebut lebih dulu, negara-negara kecil ini lebih di atas lagi.”
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Pertama (1988: halaman 1.084) pernah pula memakai “Swis” (satu “s”). Ketika menyajikan daftar mata uang sedunia, KBBI menyebut mata uang franc, yang dilambangkan dengan SFr, digunakan di Swis (satu “s”). Namun, dalam KBBI edisi selanjutnya, termasuk Edisi Kelima (2017: halaman 1.949), mata uang tersebut dikoreksi menjadi franc Swiss (dobel “s”).
Dalam buku T.B. Simatupang (mantan Kepala Staf Angkatan Perang RI), Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos (1991: halaman 17), kita temukan paling sedikit tiga kali kata “Swis” (satu “s”). Simatupang menulis antara lain, “Untuk itu saya tiap hari berada di perpustakaan di Bossey selama berjam-jam di samping beberapa jam menikmati alam Swis yang indah sekitar Chateu de Bossey, yang terletak beberapa ratus meter dari pantai Danau Jenewa.”
Ihwal Swiss ini mengingatkan kita pada Kota Makassar (dengan dua “s”) di Sulawesi Selatan dan Sungai Mississippi (dengan empat “s”) di Amerika Serikat.
*) PENGAJAR DI TEKNIK GRAFIKA DAN PENERBITAN PNJ DEPOK
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo