Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketika Partai Golkar menggagas konvensi untuk menjaring calon presiden, banyak orang yang terkesima. Partai Golkar, yang selama ini digambarkan sebagai partai pro-status quo, ternyata mampu membuat manuver politik brilian, yang sepertinya memberi harapan bahwa proses demokratisasi dalam proses pencalonan presiden bisa dimulai. Tak mengherankan jika banyak tokoh yang mendaftar. Sampai-sampai seorang Nurcholish Madjid pun terbawa arus untuk ikut berharap bahwa konvensi itu akan menjadi latihan berdemokrasi sekaligus melahirkan calon presiden yang teruji integritas dan programnya. Sayang, harapan yang pada mulanya bergelora itu secara perlahan mulai surut. Gagasan konvensi itu seperti sebuah mainan politik yang tak ada kaitannya dengan demokrasi. Mengapa demikian?
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo