Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HIKAYAT panjang itu bernama Aceh. Sejak masa kolonial hingga menjelang "era perubahan" ini, provinsi di ubun-ubun Pulau Andalas itu seperti tak sudah dirundung duka. Pekan lalu, meluncur cerita baru dari New York, Amerika Serikat, tempat bermarkas Human Rights Watch, lembaga pemantau hak-hak asasi manusia yang kredibilitasnya tak bisa diremehkan. Cerita itu dikemas dalam sebuah laporan setebal 55 halaman dengan judul Aceh at War: Torture, Ill-Treatment and Unfair Trials.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo