Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saya ingin menanggapi kolom Emha Ainun Nadjib "Makan Minum 'Dak Tentu" (TEMPO, 22 April 1989). Pertama-tama yang harus saya kemukakan, pernyataan bahwa orang Madura mempunyai kecenderungan anti-eufemisme, seperti terdapat dalam alinea kedua kolom Emha Ainun Nadjib, itu 'dak tentu. Kalau disebutkan, hanya sebagian orang Madura seperti kiai-kiai progresif, yang salah satunya Emha perbincangkan, yang mempunyai kecenderungan anti-eufemisme itu mungkin masih benar. Tetapi itu pun belum tentu. Sebab, saya merasa belum pernah bertemu dengan kiai-kiai yang setaraf itu, baik di luar maupun di Madura sendiri. Saya kebetulan jarang berkunjung ke Pulau Madura. Tetapi saya lama tinggal di Kabupaten Situbondo (kabupatennya pondok pesantren Sukorejo atau -- dalam ucapan orang Madura -- Sokarajje), kawasan yang mayoritas penduduknya berbahasa Madura, baik gaya Bangkalan maupun Sumenep. Dari pergaulan itu, tahulah saya betapa kecenderungan eufemisme mereka begitu kuatnya. Bahkan mungkin lebih kuat dari orang Jawa. Semangat eufemisme itu, misalnya -- ketika muncul di luar masalah bahasa -- tampak dari seorang murid yang jauh-jauh harus segera turun dari sepeda ketika akan berpapasan dengan guru yang sedang berjalan kaki atau sedang naik sepeda. Juga semangat itu muncul tatkala seorang anak muda, baik sedang menuju calon mertua maupun siapa pun, harus menuntun sepedanya manakala bel masuk ke halaman tuan rumah. Tetapi ini pun tergolong 'dak tentu. Zaman memang telah berubah. Sehingga mungkin, kebiasaan merunduk-runduk itu telah tak ada pada mereka. Mungkin pula eufemisme itu telah menjelma menjadi kebiasaan-kebiasaan lain, sebagaimana muncul dalam kebiasaan anak-anak muda dan orangtua dari suku lain. Sehingga kini untuk mengambil contoh suku bangsa yang mempunyai kecenderungan kuat anti-eufemisme, yang berani bilang juaaancuk kalau kenyataannya memang juaaancuk, barangkali Emha Ainun Nadjib perlu mengambilnya dari luar negeri.AGUS HADISUJIWO TEJO Jalan Gagak 51 Bandung 40133
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo