Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendapat

Berita Tempo Plus

Delapan Desember: Meneladan Keberanian Munir

Seandainya hari ini masih bersama kita, Munir akan berusia 59 tahun ...

10 Desember 2024 | 06.00 WIB

Ilustrasi: Tempo/Kuswoyo
Perbesar
Ilustrasi: Tempo/Kuswoyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Ringkasan Berita

  • Pemberani adalah titel yang layak disematkan kepada Munir. Keberanian yang lahir dari kumpulan perhitungan, akal sehat, nyali, dan sikap.

  • Jalan para pejuang HAM tidaklah mudah, terlebih berhadapan dengan rezim anti-hak asasi manusia seperti saat ini.

  • Bagi gerakan buruh Indonesia, keberanian Munir juga telah menjadi fondasi penting, terutama melalui kasus Marsinah yang terbunuh pada 1993.

BERANI! Dari sekian banyak kenangan yang lahir dan tersisa tentang Munir, aku menemukan kata berani sebagai pilihan penting untuk menggambarkan seperti apa sosoknya. Tentu saja, kita bisa merunut bagaimana pengalaman Munir ketika masih menjadi pejuang hak asasi manusia di Jawa Timur. Munir sudah kenyang dengan berbagai bentuk teror dan intimidasi dari pihak-pihak yang terganggu oleh aktivitasnya.

Pemberani adalah titel yang layak disematkan kepada Munir. Keberanian yang lahir dari kumpulan perhitungan, akal sehat, nyali, dan tentu saja kemampuan bersikap. Kesetiaan pada pilihan dan meyakininya sebagai kebenaran. Hal itu pula yang mendorong Munir melakukan “tugas kemanusiaannya” untuk berada di depan para korban yang dipinggirkan, disingkirkan, dan dibunuh negara.

Munir menjadi juru bicara rakyat miskin korban pelanggaran HAM dan dengan lantang mengkritik segala kejahatan yang dilakukan oleh negara. Munir menghadang kekuasaan yang korup dan menindas. Keberanian menjadi warisan terbesar Munir untuk kita semua, orang-orang yang sejalan dengan pilihannya.

Mengutip Majalahsedane.org, Munir menyebutkan bahwa semua pekerjaan pastilah memiliki risikonya sendiri, “Ah, setiap pekerjaan pasti ada risikonya. Jika bisa menghindar, ya dihindari. Tapi, jika tidak bisa menghindar, ya harus dihadapi. Yang penting kita harus tetap cerdas. Kalau kita ketakutan, justru mereka akan senang, karena tujuan mereka sudah tercapai.” Pernyataan itu menegaskan bahwa rasa takut harus dilawan karena rasa takutlah yang menjadikan manusia mundur dari pilihan untuk berjuang.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Redaksi menerima tulisan opini dari luar dengan syarat: panjang sekitar 5.000 karakter (termasuk spasi) atau 600 kata dan tidak sedang dikirim ke media lain. Sumber rujukan disebutkan lengkap pada tubuh tulisan. Kirim tulisan ke e-mail: [email protected] disertai dengan foto profil, nomor kontak, dan CV ringkas.

Khamid Istakhori

Staf Building and Woodworkers’ International Asia Pacific dan Aktif mengadvokasi pekerja migran Indonesia di Sabah, Malaysia.
Penerima beasiswa Munir Said Thalib pada Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus