Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Pendulum Berayun Terlalu Jauh

Sistem pembangunan pedesaan di Cina sudah cukup berhasil. Sistem produksi dan jaminan keperluan pokok manusia meningkat. Semua orang Cina pedalaman diatur dalam suatu tim produksi.

8 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penulis ini, anggota suatu delegasi Australian National University dari Canberra, baru saja mengunjungi daratan Cina selama tiga minggu. ANU mmbalas kunjungan Akademi Cina untuk llmu Pengetahuan Sosial. BAGI pengunjung yang berniat membedakan pembangunan pedesaan di daratan Cina dan Indonesia, salah satu gambaran yang tampak paling menarik tentang sistem Cina ialah besarnya investasi negara dalam prasarana pokok di mana-mana. Seperti pembangunan jalan, irigasi, perumahan dan gedung lainnya, serta penghijauan--sebagian besar itu sangat menyerap tenaga kerja. Sebagian besar pembangunan itu dilaksanakan oleh komune setempat, bukan "sektor negara". Sebab pihak komune bisa mengerahkan banyak tenaga kerja mereka untuk itu tanpa terlalu membebani keuangan negara. Tapi proses itu bukan sekedar melibatkan buruh paksa, bukan pula seperti sistem gotong royong. Sebab kaum pekerja bersangkutan menerima upah atas jerih payah mereka dalam bentuk nilai-kerja (work-points), sementara masyarakat setempat mendapat manfaat dari hasil keringat mereka, baik segera (bidang konstruksi, misalnya) maupun dalam jangka panjang. Di Provinsi Fujian, kami kagum melihat betapa banyak bangunan yang tcrbuat dari batu. Untuk itu pasti besar sekali jumlah tenaga kerja dikerahkan. Sedikit sekali pekerjaan ini tampaknya menggunakan peralatan mekanis. Kami melihat kaum pekerja dalam banyak kelompok kecil--seringkali duduk di pinggir jalan atau bengkel kecil--secara sabar memecah batu dan membentuk kepingannya dengan martil dan pahat. Fujian adalah suatu provinsi pegunungan yang berbatu dan agak melarat. Bahan kayu kini sulit diperolehnya. Bahkan dinding dan pagar di seluruh provinsi itu sering dibuat dari kepingan batu. Juga batu banyak terpakai untuk bandar irigasi, dan malah untuk tiang-tiang jaringan listrik. Akan tahan ratusan tahun tampaknya. Namun usaha padat karya itu bukanlah pilihan orang Cina. Mereka pun ingin secepat mungkin berproduksi dengan mekanisasi, supaya efisiensi kerja menyeluruh meningkat. Traktor sudah biasa di banyak daerah. Lusinan traktor tangan kecil dalam tiap komune biasa dipakai untuk membajak dan menarik kereta ringan. Banyak komune pun mencoba membeli pompa irigasi dan mesin penggiling padi. Mereka tidak khawatir akan pengangguran sebagai akibat pengaruh mekanisasi yang menggantikan tenaga manusia. Kaum pekerja bisa gampang dialihkan ke tugas lain dalam komune . Listrik pedesaan tampak kini meluas di Cina. Selama perlawatan kami dengan bis sejauh lebih dari 1.200 km di Fujian dan Yunnan, kami jarang melihat suatu desa yang tanpa tenaga listrik. Setiap kali kami menanyakan persentase perumahan yang dapat penerangan listrik, selalu jawabannya ialah 100%. Kami memang tak melihat rumah yang harus memakai lampu minyak tanah. Tapi tenaga listrik di banyak daerah pedesaan Cina diutamakan untuk pompa irigasi dan industri ringan. Biaya listrik yang dikenakan pada komune lebih rendah untuk keperluan irigasi ketimbang penerangan rumah. Stasiun pembangkit listrik--seperti dengan minyak dan batubara di Selatan dan dengan tenaga air di Utara--tersedia di banyak bagian negara itu. Bahkan daerah terpencil yang Jarang penduduknya, seperti kawasan barat Yunnan, yang ratusan kilometer jauhnya dari Kwangsi, tempat pembangkit listrik terdekat, dijangkau oleh jaringan transmisi. Jaringan itu melewati lembah dan gunung--sungguh suatu hasil keahhan teknik yang hebat. Ini mungkin dikerjakan oleh sektor negara, otoritas listrik nasional, bukan oleh komune setempat. Penghutanan kembali di daerah pegunungan dan penghijauan di sepanjang jalan, di kota dan pedalaman adalah fenomena lain yang menarik --juga padat karya. Erosi di daerah pegunungan telah menjadi masalah serius, karena penduduk Cina yang jumlahnya meningkat itu membuka hutan. Masih besar masalah erosi itu, namun ada usaha besar mengatasinya. Sekalipun di wilayah pegunungan yang terpencil, sejumlah besar pohon ditanami. Ada rencana memperluas daerah hutan di seluruh negeri Cina dari 13% ke 30% sampai tahun 2000. Semua orang Cina di pedalaman (kecuali mereka di perkebunan negara atau sektor negara lainnya) pada hakekatnya diatur dalam tim produksi (TP). Sekitar 50 - 60 kepala keluarga, atau sekitar 300 jiwa, berada dalam tiap TP -sedang komune punya 10.000 jiwa atau lebih. Adalah TP yang memakai "satuan pembukuan pokok" dan menentukan tugas seseorang dan bagaimana upahnya. Semua anggotanya dibayar berdasarkan nilai-kerja yang didapatnya sepanjang tahun Tambahan nilai-kerja disediakan untuk lembur atau tugas yang dianggap berat atau tak menye- nangkan. Dengan sistem ini, anggota TP memperoleh perangsang pribadi maupun kelompok supaya bekerja keras dan efisien hingga jumlah produksi tim meningkat. Semua anggota TP-karena jumlahnya kecil--saling mengenal dan bisa saling menilai siapa yang rajin atau malas. Yang malas atau bekerja semberono dikenakan penalti -- semula lewat tekanan sosial, kemudian lewat pengurangan nilai-kerja. Tapi TP berkepentingan mendorong anggotanya melakukan kerja yang cocok dan paling disukainya. Jadi, TP biasanya memperhatikan ketrampilan khusus anggotanya. Namun karena tiap individu wajib mengerjakan apa saja yang diperintahkan TP, tentu saja hilanglah kebebasan pribadi. Sedang TP bisa saja memindahkan tenaga kerja ke tugas lain, sesuai dengan keperluan musim atau kehendak komune. Adalah komune yang lebih memutuskan tentang produksi. Pada akhir panen, jumlah pendapatan TP dihitung, kemudian dipotong pajak (sedikit, tampaknya) untuk negara, dana kesejahteraan dan investasi dan bemh untuk musim tanam berikutnya. Kemudian sisa pendapatan TP yang tersedia untuk konsumsi dibagi dengan jumlah nilai-kerja yang didapat sepanjang tahun dan seterusnya ditetapkan untuk anggotanya. Kami diberitahu dalam satu komune bahwa pekerja pedesaan bisa mendapat penghasilan rata-rata 10-15 nilai-kerja sehari, atau sekitar 3-5000 setahun. Sekiranya suatu keluarga tak mendapat nilai-kerja secukupnya untuk keperluan minimum hidupnya, TP akan memberikan pinjaman dari dana kesejahteraannya. Pinjaman itu bisa dibayar kembali dalam bentuk nilai-kerja tambahan. Dengan sistem ini, dalam kata-kata Peter McCawley, "nilai-kerja itu menjadi semacam mata-uang, nilai riil yang herbeda dari tahun ke tahun dalam satu TP dan antara TP yang bertetangga." Pada hakekatnya ada kurs mengambang antara nilai-kerja suatu TP dan yuan, mata-uang bangsa itu. Dan lewat mekanisme ini nilai karya individu berkaitan dengan produksi TP dan dengan sistem ekonomi nasional yang lebih luas. Sistem ini berhasil menycdiakan perangsang untuk meningkatkan produksi maupun untuk menjamin keperluan pokok manusia seperti pangan, sandang, perumahan, pen- didikan dan pelayanan kesehatan. Ia menimbulkan pemerataan dalam tiap TP, meski- pun tampaknya masih ada ketimpangan antara komune di kawasan makmur dan yang di daerah melarat. Memang semua manfaatnya telah dicapai dengan terkekangnya kebebasan pribadi, ketatnya kontrol sosial dan tekanan kelompok. Sulit sekali bagi individu meng- ubah pekerjaan atau tempat mencari nafkah. Mobilitas penduduk sangat terbatas di Cina. Keuntungan dari spesialisasi ekonomi dan manfaat komparatifnya telah di- korbankan demi swa-sembada regional yang tinggi tingkatnya, yang sering menim- bulkan sangat tidak efisien. Harga lebih ditetapkan oleh ketentuan administratif ketimbang kekuatan suplai dan permintaan di pasar. Salah satu problem yang dihadapi Deng Xiaoping dan Zhao Ziyang dalam gerak maju mereka ke "empat modernisasi" ialah mengatasi distorsi yang paling serius dalam alokasi sumber kekayaan dan kepentingan birokrasi yang ditimbulkan sistem itu dengan membiarkan suatu tingkat terbatas liberalisasi tanpa sejauh itu melemahkan struktur pokok. Saya tidak menduga mereka bisa membiarkan pendulum berayun terlalu jauh ke arah itu. Bagi negara berkembang lainnya, termasuk Indonesia, ada banyak aspek dari sistem pembangunan pedesaan Cina yang akan berguna untuk dipelajarinya. Tapi menjadi pertanyaan apakah bagian-bagian sistem itu bisa "dipinjam" atau di- gabungkan ke dalam suatu sistem sosial-ekonomi seperti yang diterapkan Indonesia. Orientasi Indonesia terhadap perdagangan internasional dan manfaat komparatif begitu kuat. Entahlah kalau ada suatu transformasi besarbesaran. Ini tampaknya tak mungkin secara politis. Lagi pula, tradisi sosial-budaya dan warisan Konfusius di Cina masih demikian kuat hingga, seperti dikemukakan seorang spesialis Cina, "saya berpendapat revolusi Cina bukanlah untuk ekspor".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus