Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendapat

Rujuk

Pemilu 2019 sudah seminggu berlalu. Kelihatannya belum ada tanda-tanda pertentangan kubu 01 dan 02 akan berakhir. Malah cenderung memanas.

27 April 2019 | 07.02 WIB

Calon Presiden nomor urut 02,  Prabowo Subianto memberikan keterangan dalan konferensi pers terkait hasil exit poll Pemilu 2019 internal di depan kediamannya, jalan Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu, 17 April 2019. Prabowo mengklaim unggul dalam Pilpres 2019 . TEMPO/M Taufan Rengganis
Perbesar
Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto memberikan keterangan dalan konferensi pers terkait hasil exit poll Pemilu 2019 internal di depan kediamannya, jalan Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu, 17 April 2019. Prabowo mengklaim unggul dalam Pilpres 2019 . TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Toriq Hadad
@thhadad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Pemilu 2019 sudah seminggu berlalu. Kelihatannya belum ada tanda-tanda pertentangan kubu 01 dan 02 akan berakhir. Malah cenderung memanas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prabowo Subianto bolak-balik mendeklarasikan kemenangan, ditambah sujud syukur. Dia yakin meraih kemenangan 62 persen. Sumbernya "ahli statistika" yang tidak dipublikasikan. Jokowi juga bilang menang 54,5 persen, merujuk pada quick count 12 lembaga survei, tapi tanpa sujud syukur.

Kubu 02 menuduh pemilu curang. Mereka mengumpulkan bukti-bukti, seraya meminta pendukungnya mengawal formulir C1 formulir rekap hasil pemilihan di tempat pemungutan suara. Beberapa pemuka kubu 02, dengan dimotori Amien Rais, berulang kali mewacanakan people power kalau kecurangan terjadi.

Kubu 01 tidak diam. Di beberapa tempat digelar syukuran menang, lengkap dengan nasi tumpeng. Jokowi ketemu relawan dan tokoh masyarakat pendukungnya. Tim kampanye 01 juga menantang kubu 02 buka-bukaan data kemenangan.

Semua aksi politik ini semakin membelah rakyat. Kalaupun ada aksi yang kurang berbahaya, paling-paling hanya adu banyak kirim bunga papan. Semakin banyak, semakin gembira para penjual bunga.

Padahal banyak orang sudah mengorbankan nyawa dalam Pemilu 2019 ini. Sampai Kamis pekan ini, sudah 225 orang petugas pemungutan suara yang meninggal, juga 15 orang polisi yang gugur dalam tugas. Mereka kelelahan, penyakitnya kambuh karena bertugas seharian tanpa istirahat, dan mengalami kecelakaan lantaran mengemudi dalam kondisi terlalu lelah. Semestinya kedua kubu berempati kepada pengorbanan para pahlawan pemilu ini. Empati bisa ditunjukkan misalnya dengan sabar menunggu tahapan pemilu, hasil akhirnya dihitung dan diumumkan 22 Mei nanti.

Apa boleh buat, empati ternyata sulit dicari belakangan ini. Empati ditelan tuduhan pemilu curang, ketidaksabaran menunggu hasil resmi, dan sahut menyahut klaim menang kedua kubu.

Belakangan, untuk mendinginkan suasana, terdengar gagasan membuat rujuk pasangan 01 dan 02. Rujuk? Kalau kata rujuk ini akan dipakai para tokoh dan pemuka agama untuk mendamaikan pasangan 01 dan 02, perlu dipastikan beberapa hal. Rujuk yang ingin dicapai itu mestilah benar-benar seperti "kembalinya suami kepada istrinya yang ditalak, talak satu atau dua....". Itu menurut kamus bahasa Indonesia. Intinya, para juru damai mesti membawa kedua pasangan kembali kepada kondisi ketika tidak ada pertentangan apa pun.

Rujuk punya arti lain dalam kamus itu: kembali bersatu (bersahabat dan sebagainya). Kalau tidak mungkin bersatu, karena sejak awal Jokowi dan Prabowo berbeda pandangan tajam dalam banyak hal, mereka bisa kembali bersahabat. Jokowi bisa datang dan menjajal lagi naik kuda di rumah jembar Prabowo di Sentul. Boleh juga sekali waktu Prabowo mencoba bermotor-ria dengan chopper milik Jokowi. Kalau bersahabat masih dianggap terlalu sulit, saling berkunjung juga cukuplah, apalagi menjelang Ramadan.

Rekonsiliasi sebenarnya lebih tepat ketimbang rujuk. Karena, menurut kamus, rekonsiliasi bisa berarti "perbuatan menyelesaikan perbedaan". Pelakunya pun bisa siapa saja. Perbedaan hasil hitung kemenangan kubu 01 dan 02, umpamanya, bisa diselesaikan dalam forum ilmiah antar-ahli statistika kedua kubu. Penyimpangan di TPS, contoh lainnya, juga bisa diselesaikan dengan menghadirkan saksi kedua pihak. Syaratnya, kedua kubu mengedepankan niat baik dan bersepakat membantu Komisi Pemilihan Umum mengatasi problem di lapangan.

Tanpa niat baik, buntut pemilu ini akan semakin riuh rendah. Kalau itu terjadi, kita semakin tidak berempati kepada mereka yang menjadi korban demi berlangsungnya pemilu ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus