Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak mudah menjadi presiden yang berasal dari partai minoritas. Setidaknya hal ini terlihat dari cara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memperbaiki susunan kabinetnya yang terkesan kelewat hati-hati. Kendati menang dalam pemilihan langsung sebagai orang nomor satu di republik ini, SBY tetap merasa perlu mempertimbangkan kepentingan partai-partai pendukung pemerintahannya dalam menyusun ulang posisi para pembantu utamanya. Padahal, secara teori tata negara, soal pemilihan kabinet jelas-jelas adalah hak prerogatif seorang presiden.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo