Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Harimau Kurus dan Malnutrisi Diperangkap di Tapanuli Selatan

Harimau yang diberi nama Sri Bilah itu dilaporkan telah memangsa anjing, ular serta ternak di dekat permukiman warga.

1 September 2020 | 06.28 WIB

BBKSDA Sumatera Utara menyelamatkan seeokor Harimau sumatera di Kabupaten Tapanuli Selatan pada Senin 24 Agustus 2020. (ANTARA/HO-Kementerian LHK)
Perbesar
BBKSDA Sumatera Utara menyelamatkan seeokor Harimau sumatera di Kabupaten Tapanuli Selatan pada Senin 24 Agustus 2020. (ANTARA/HO-Kementerian LHK)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Tim dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara mendapati kondisi yang mengejutkan pada seekor harimau sumatera yang berhasil diperangkap pada Senin 24 Agustus 2020. Harimau itu masuk ke kandang jebak yang sengaja disiapkan untuknya di Kecamatan Aek Bilah, Kabupaten Tapanuli Selatan, setelah dianggap meresahkan karena bolak-balik masuk kampung di Desa Tapus Sipagimbal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Harimau yang diberi nama Sri Bilah itu dilaporkan telah memangsa anjing, ular serta ternak di dekat permukiman warga," kata Kepala BBKSDA Sumatera Utara Hotmauli Sianturi, menurut keterangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) diterima di Jakarta, Senin 31 Agustus 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah menunggu tiga hari, harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) tersebut berhasil masuk kandang jebak dan telah dievakuasi ke Sanctuary Harimau Barumun Nagari untuk pengecekan kondisi kesehatannya. Dari pemeriksaan diketahui Sri Bilah merupakan harimau betina berusia 2-3 tahun dengan berat 45,2 kilogram.

Harimau itu berada dalam kondisi sehat meski mengalami malnutrisi akibat pakan tidak cukup, sehingga terlihat kurus. Harimau itu juga mengalami anemia, dehidrasi, mukosa pucat yang mengakibatkan kondisinya terlihat lemah.

Selain itu, pemeriksaan lanjutan menandakan Sri Bilah mengalami gangguan fungsi hati meski tim medis belum bisa memastikan apakah gangguannya bersifat akut. Pemeriksaan kesehatan masih perlu dilakukan untuk memastikan kondisi harimau sumatera itu.

"Pengawasan harus tetap dilakukan tim medis untuk memastikan nafsu makan, agresivitas dan pergerakannya," kata Hotmauli sambil menambahkan, "Jika dinyatakan sehat, harimau itu dapat direkomendasikan untuk dilepasliarkan ke habitat alaminya."

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK, Indra Exploitasia, menegaskan penyelamatan satwa perlu dilakukan dalam konteks konflik atau interaksi manusia dan satwa, diutamakan adalah keselamatan manusia. Sesuai dengan nalurinya, Indra menerangkan, satwa akan mengikuti daerah jelajahnya.

"Dan konflik dapat terjadi saat overlap antara jelajah harimau tersebut dengan area kegiatan manusia. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu ada keseimbangan ruang hidup manusia dan satwa," ujar Indra.

Baca juga:
BMKG: Suhu Panas Jabodetabek Masih Bisa Terjadi September

Dia berjanji, harimau sumatera Sri Bilah yang diselamatkan setelah dikembalikan ke habitat alamnya nanti akan dipantau terkait peningkatan populasi dengan melibatkan masyarakat.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus