Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Olahraga

Menengok Rumah dan Bertemu Ayah Imane Khelif, Petinju Olimpiade 2024 yang Gendernya Dipersoalkan

Seperti apa kehidupan Imane Khelif, petinju Aljazair yang menjadi kontroversi di Olimpiade 2024 karena gendernya? Reuters menyambangi rumah ayahnya.

4 Agustus 2024 | 12.10 WIB

Petinju putri Aljazair, Imane Khelif, saat berlaga di Olimpiade 2024. REUTERS/Peter Cziborra
Perbesar
Petinju putri Aljazair, Imane Khelif, saat berlaga di Olimpiade 2024. REUTERS/Peter Cziborra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Seperti apakah kehidupan Imane Khelif, petinju Aljazair yang menjadi kontroversi di Olimpiade 2024 karena gendernya? Reuters menyambangi rumah ayahnya di kota Tiaret di Aljazair utara, Sabtu, 2 Agustus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Keberadaan Imane Khelif di jajaran petinju yang berebut medali kelas 66 kilogram putri menjadi kontroversi. Keberadaannya menjadi bahan debat tak berkesudahan: apakah atlet dengan Perbedaan Perkembangan Seksual (DSD) boleh bertanding sebagai wanita?

Khelif dinyatakan telah melanggar aturan kelayakan tampil Asosiasi Tinju Internasional (IBA) yang mencegah atlet dengan kromosom XY berkompetisi di ajang wanita. Ia didiskualifikasi beberapa jam sebelum perebutan medali emas dalam kejuaraan dunia di New Delhi tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, IBA telah dicabut statusnya sebagai badan pengatur global untuk tinju oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC). Karena itu IOC bertanggung jawab menjalankan kompetisi tinju di Olimpiade. Mereka menyatakan Khelif adalah seorang wanita dan mengizinkannya berkompetisi di Paris.

Di Paris, Khelif dipastikan meraih medali setelah lolos ke semifinal dengan melewati dua pertandingan. Ia sudah mengantongi perunggu dan masih berpeluang meraih emas.

Dalam wawancara di rumah sederhana berbahan beton di pinggiran kota Tiaret di Aljazair utara, Amar Khelif mengatakan bahwa putrinya telah memberi kehormatan bagi keluarganya. Ia menyebut serangan terhadapnya tidak bermoral.

Amar, ayah dari petinju Imane Khelif, berjalan di luar rumahnya, di Tiaret, Aljazair, 2 Agustus 2024. REUTERS/Ramzi Boudina

Amar Khelif mengatakan ia bangga dengan putrinya dan mendukungnya untuk memenangkan medali untuk seluruh Aljazair. "Memiliki putri seperti dia adalah suatu kehormatan karena dia adalah seorang juara, dia menghormati saya dan saya menyemangatinya dan saya berharap dia akan mendapatkan medali di Paris," katanya. 

"Imane adalah seorang gadis kecil yang mencintai olahraga sejak dia berusia enam tahun."

Ia kemudian menunjukkan sebuah dokumen yang tampak resmi, yang menunjukkan hari ulang tahunnya.

"Ini dokumen resmi keluarga kami, 2 Mei 1999, Imane Khelif , perempuan. Di sini tertulis, Anda dapat membacanya, dokumen ini tidak berbohong," katanya.

Amar, ayah petinju Imane Khelif, di dalam rumahnya, di provinsi Tiaret, Aljazair, 2 Agustus 2024. REUTERS/Ramzi Boudina

Di klub tinju Tiaret, tempat poster yang menampilkan Khelif terpampang di atas ring, para petinju wanita muda berbondong-bondong membela idola mereka.

Bouchra Rebihi, seorang remaja berusia 17 tahun yang bermimpi menjadi pemain profesional, mencemooh para penentang Khelif. "Saya mengenal Imane Khelif sebagai juara Aljazair berkali-kali, juara Afrika juga, dan juga juara Arab," katanya.

"Para kritikus ini bertujuan untuk mengguncangnya agar gagal di ring tinju, tetapi dia adalah seorang juara dan akan tetap menjadi juara."

Sementara itu, Imane Khelif bertekad untuk menjadi wanita pertama di negaranya yang memenangkan medali emas tinju Olimpiade. Ia mengaku bangga karena telah memastikan diri meraih medali di tengah perdebatan mengenai kelayakannya untuk mengikuti Olimpiade Paris.

"Tidak ada kemenangan yang mudah di Olimpiade, dan saya akan mencoba untuk sepenuhnya siap untuk pertarungan yang akan datang. Saya sangat bangga dengan diri saya dan negara saya," kata petinju berusia 25 tahun ini. 

"Saya bertanding untuk bendera negara saya dan untuk olahraga yang sangat saya cintai, dan saya berharap bisa menjadi juara Olimpiade setelah memenangkan medali pertama dalam tinju wanita Olimpiade untuk Aljazair, demi generasi berikutnya."

REUTERS

Nurdin Saleh

Nurdin Saleh

Bergabung dengan Tempo sejak 2000. Kini bertugas di Desk Jeda, menulis soal isu-isu olahraga dan gaya hidup. Pernah menjadi juri untuk penghargaan pemain sepak bola terbaik dunia Ballon d'Or.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus