Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buku platform Partai Keadilan Sejahtera itu baru selesai dicetak. Isinya sama saja dengan edisi-edisi sebelumnya. Yang berbeda sampulnya: di sana berderet delapan tokoh partai itu. Mereka calon presiden yang diumumkan pada saat penutupan Musyawarah Majelis Syura di Hotel Sahid, Ahad dua pekan lalu.
"Sampulnya baru selesai dibikin," kata Suharna Surapranata, Ketua Majelis Pertimbangan Partai Keadilan Sejahtera, sambil menunjuk buku setebal 350-an halaman itu. Foto setengah badan Suharna terlihat paling formal dibandingkan dengan tujuh tokoh lain: Hidayat Nur Wahid, Tifatul Sembiring, Anis Matta, Salim Segaff al-Jufri, Surahman Hidayat, Sohibul Iman, dan Irwan Prayitno
Penjaringan calon presiden dilakukan oleh sebuah komisi yang dibentuk pada awal Musyawarah Majelis Syura. Anggotanya 25 orang dari pelbagai daerah, dipimpin Salim Segaff al-Jufri, kini Duta Besar di Arab Saudi. Komisi ini awalnya hanya menyebutkan lima nama, yakni Hidayat (Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat), Tifatul (presiden partai), Anis Matta (sekretaris jenderal), Suharna, dan Salim.
Jumlah itu bertambah ketika dibawa ke rapat pleno, yang diikuti 99 orang. Sebagian peserta rapat menilai perlunya penguatan buat mendongkrak perolehan suara pemilihan umum legislatif. Dari sini muncul Surahman Hidayat dan Sohibul Iman dari Jawa Barat serta Irwan Prayitno dari Sumatera Barat. "Jawa Barat ditambah dua, selain Suharna, karena provinsi ini pijakan partai di Pulau Jawa," kata sumber itu.
Irwan Prayitno, yang dua periode memimpin Komisi Kesejahteraan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat, dimunculkan untuk melapis Tifatul Sembiring, yang bersuku Melayu. "Irwan kan bergelar Datuk Rajo Bandaro Basa," sumber itu melanjutkan. Saat dimintai konfirmasi soal ini, Irwan mengatakan tidak diusulkan anggota Majelis Syura yang membawahkan Sumatera Barat.
Hilmi Aminuddin, Ketua Majelis Syura, sebenarnya muncul dalam pembahasan komisi. Tapi ia menolak keras sehingga namanya didrop. Menurut seorang pengurus partai itu, Hilmi beralasan lebih suka mengurus partai. Sikap serupa sebenarnya dinyatakan sebagian besar nama yang disebut.
Ditanyai soal sikapnya, Suharna menyatakan sebenarnya juga menolak dicalonkan. "Banyak yang lebih baik dibanding saya," kata mantan dosen fisika Universitas Indonesia ini. Peserta rapat tetap pada pendapatnya. Walhasil, namanya tetap dalam daftar.
Partai Keadilan Sejahtera akan mengusung calon presiden sendiri jika memperoleh suara 20 persen dalam pemilihan legislatif. Empat tahun lalu, partai ini berada di urutan keenam, di bawah Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrat, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Mereka memperoleh 7,43 persen.
Selain mengumumkan calon internal, Komisi Calon Presiden sempat berdebat perlu-tidaknya calon eksternal. Lima orang anggota komisi itu, umumnya mewakili wilayah luar Jawa, mengusulkan pencalonan tokoh dari luar. Alasannya, mereka punya jaringan keluarga, dikenal, dan punya sumber dana. Usul ini ditolak yang lain. Menurut Anis Matta, calon dari luar baru akan muncul pada Musyawarah Majelis Syura yang akan digelar setelah pemilihan umum legislatif. Saat itu baru akan ramai karena saatnya membahas koalisi antarpartai.
Memed Sosiawan, Sekretaris Majelis Pertimbangan Partai, punya alasan menarik tentang banyaknya calon itu. Menurut dia, jumlah itu membuka peluang koalisi yang lebih luas. Bak pedagang ia menyatakan, "Silakan partai-partai lain memilih kandidat kami yang dirasa cocok."
Budi Riza
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo