Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kematian pemimpin ISIS Abu Bakr al Baghdadi bersama dua istri dan milisi ISIS lain dalam serangan pasukan khusus AS pada 27 Oktober 2019. Trump mengatakan Al Baghdadi meledakkan diri ketika terpojok oleh pasukan AS dalam serangan dua jam malam hari di persembunyiannya, di Suriah Utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tadi malam adalah malam yang hebat bagi Amerika Serikat dan bagi dunia. Seorang pembunuh brutal, yang telah menyebabkan begitu banyak kesulitan dan kematian, telah dimusnahkan," kata dia dikutip dari CNN, 28 Oktober 2019. Kematian Al Baghdadi menandai akhir dari perburuan selama bertahun-tahun terhadap salah satu teroris paling dicari di dunia ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak didirikan oleh Al Baghdadi pada 2014 di Suriah dan Irak, paham ISIS menyebar ke banyak belahan negara, termasuk Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menyatakan awalnya paham ini masuk melalui jaringan internet berupa berita, artikel, hingga video.
Selain itu, menurut pengamat terorisme Al Chaidar paham ini juga disebarkan oleh orang Indonesia yang pernah bergabung ke ISIS di Suriah dan Irak. Pada 2013, diduga ada 56 orang Indonesia dari berbagai macam organisasi Islam dan kelompok pedagang berangkat ke Irak untuk bergabung dengan ISIS. Mereka bergabung saat pergi ke Arab Saudi untuk ibadah haji atau umrah. Dari jumlah tersebut, sekitar 16 orang telah kembali ke Tanah Air dan melanjutkan proses perekrutan di daerah masing-masing.
Salah satu orang yang paling getol menyebarkan paham ISIS di Indonesia ialah Aman Abdurrahman alias Oman Rochman. Pada awal Januari 2014, Aman berbaiat kepada ISIS dan memerintahkan pengiriman pengikutnya ke sana.
Pada Juli 2014, pemimpin Jamaah Ansharut Tauhid, Abu Bakar Ba’asyir, yang saat itu satu penjara dengan Aman, berbaiat kepada ISIS. Foto Ba’asyir bersama 13 penghuni penjara tengah dibaiat menyebar ke dunia maya. Ba’asyir bergabung dengan ISIS karena pengaruh Aman. Pada Februari 2015, di balik tembok penjara, Aman menginstruksikan semua kelompok pendukung ISIS Indonesia melebur menjadi satu dalam kelompok Ansharut Daulah Indonesia atau kemudian dikenal dengan Jamaah Ansharut Daulah.
Aman telah divonis hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2018 karena memerintahkan sejumlah aksi teror di Indonesia. Jejak teror kelompok pendukung ISIS bentukan Aman telah dimulai pada 2016. Aksi teror pertama yang dilakukan kelompok ini ialah teror bom Thamrin pada 14 Januari 2016. Aksi bom bunuh diri yang diikuti tembakan membabi buta itu menewaskan sedikitnya 8 orang, termasuk 4 pelaku dan melukai puluhan orang.
Di tahun yang sama pada 13 November 2016, kelompok JAD kembali melakukan serangan bom molotov di Gereja Oikumene Sengkotek Samarinda, Kalimantan Timur. Empat anak-anak menjadi korban, satu di antaranya yang masih berusia 2,5 tahun tewas akibat luka bakar.
Kelompok ini juga mendalangi peristiwa rentetan bom yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur pada 13 hingga 14 Mei 2018. Tiga gereja menjadi sasaran bom bunuh diri itu, yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jemaat Sawahan. Dua tempat lainnya yang juga menjadi sasaran bom ialah Rumah Susun Wonocolo di Taman, Sidoarjo dan Markas Polrestabes Surabaya. Sebanyak 28 orang tewas dalam peristiwa itu.
Menteri Politik Hukum dan Keamanan Wiranto juga tak lepas dari sasaran teror kelompok ini. Saat mengunjungi wilayah Pandeglang, Banten pada 10 Oktober 2019, Wiranto ditusuk oleh Syahrial Alamsyah alias Abu Rara. Abu Rara diduga merupakan anggota JAD Bekasi.
TEMPO.CO | MAJALAH TEMPO