Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi telah menggelar pelatihan Marine Protected Area Center of Excellence (MPA CoE) atau Pusat Pembelajaran Unggulan Kawasan Konservasi siklus 3. Pelatihan pengelolaan kawasan konservasi perairan yang dilaksanakan pada 28 Mei – 4 Juni 2024 ini diikuti oleh 30 peserta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi adalah kampus vokasional yang berada di bawah lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Akademi ini menyelenggarakan Program Diploma 1 untuk Program Studi Konservasi dan Ekowisata Bahari dengan para peserta yang ingin meningkatkan kapasitas, pengetahuan, dan pengalaman praktik langsung mengelola kawasan konservasi sumber daya perairan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kegiatan ini menjadi sebuah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan untuk saling berbagi pengetahuan, terutama dari kelompok-kelompok yang telah menjadi ahli di bidangnya dan tentunya telah menerapkan praktik-praktik pengelolaan yang bijak,” kata Khairudin Isman, Direktur Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi, dalam keterangan tertulis yang dibagikan, Selasa 4 Juni 2024.
Dituturkan Khairudin, Wakatobi MPA CoE menawarkan empat tema utama pelatihan yang meliputi pengorganisasian komunitas, transformasi pasar, pemantauan keanekaragaman pesisir dan laut, dan tata kelola kawasan konservasi perairan. Setiap tema tersebut memiliki pembagian porsi sebesar 30 persen untuk materi teori dan 70 persen untuk praktik langsung di lapangan bersama para praktisi dan komunitas yang terdapat di Wakatobi.
Narasumber yang digandeng AKKP Wakatobi untuk penyelenggaraan Pusat Pembelajaran Unggulan Kawasan Konservasi siklus 3 ini datang sebagian dari Dinas Perikanan Kabupaten Wakatobi, Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB), dan Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW). Lainnya adalah dari Koperasi Samata Padakkau, Kelompok Petani Rumput Laut Lagundi, Masyarakat Hukum Adat (MHA) Sarano Wali, dan Forum Kahedupa Toudani (Forkani), dan Yayasan WWF Indonesia.
"Kami berharap menjadi rujukan pembelajaran mengenai pengelolaan kawasan konservasi di tingkat nasional maupun regional, terutama sebagai salah satu wilayah yang berada di Pusat Segitiga Karang Dunia," kata Khairudin.
Ketua Kelompok Budidaya Rumput Laut Lagundi saat memeragakan cara mengikat rumput laut. Pelatihan pengelolaan kawasan konservasi perairan ini digelar AKKP Wakatobi 28 Mei sampai 4 Juni 2024. FOTO/Dok. CoE Wakatobi.
Inisiasi yang sudah dideklarasikan sejak 2019 ini diklaim telah menghasilkan alumni-alumni yang masih terus berkontribusi pada pengembangan kawasan konservasi perairan di daerahnya masing-masing. Selain itu, para alumni juga disebutkan masih terus berupaya mempertahankan pengelolaan sumber daya laut yang bijak dan berkelanjutan.
Adapun Pelaksana tugas Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Yayan Hikmayani, berpesan bahwa masyarakat adat sangat berperan penting dalam pemeliharaan ekosistem laut, di mana wilayah perikanan tradisional itu ada di kawasan konservasi. "Sehingga kegiatan Wakatobi MPA CoE ini telah menjadi inisiatif yang sangat strategis untuk menjaga sumber daya alam yang ada di kawasan konservasi,” kata dia.
Kata Peserta Pelatihan
Salah satu penerima beasiswa pelatihan tahun ini adalah Arip, anggota kelompok Konservasi Alam Bawah Laut (KABL) Desa Sukarame, Banten. Dia mengisahkan, terumbu karang di erairan Carita sudah rusak akibat praktik perikanan dan wisata yang tidak bertanggung jawab.
Arip dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) lalu berinisiatif membentuk kelompok KABL yang fokus pada rehabilitasi terumbu karang. "Tentunya dengan adanya pelatihan ini sangat bermanfaat untuk kelompok, terutama untuk mempelajari dan mengaplikasikan metode rehabilitasi terumbu karang yang baru, sehingga ikan-ikan di Carita akan punya rumah baru,” katanya.
Ari Sandy Muchtar yang mewakili Pengelola Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kolaka adalah peserta lainnya. Dia menyatakan ingin meningkatkan kapasitas dalam pengorganisasian kelompok nelayan dan pembudidaya ikan yang berada dekat dengan kawasan konservasi perairan. "Apalagi dengan adanya calon Kawasan Konservasi Daerah Kolaka dan Kolaka Utara ini, saya berkomitmen untuk mendukung pengelolaannya.”