Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

BMKG Sebut Puncak Kekeringan Akibat El Nino Bakal Terjadi di Akhir Agustus

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan El nino indeksnya semakin menguat sudah memasuki moderat dan diprediksi efeknya akan makin terasa.

9 Agustus 2023 | 16.28 WIB

Kondisi Sungai Citarum yang mulai berubah jadi rawa setelah hampir 70 persen badan sungai mengering di Desa Selacau, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 1 Agustus 2023. BMKG menyatakan fenomena alam El Nino tahun ini menyebabkan kemarau  lebih kering dan panjang, yang berdampak pada produksi pertanian dan mengeringnya sumber-sumber air. TEMPO/Prima mulia
Perbesar
Kondisi Sungai Citarum yang mulai berubah jadi rawa setelah hampir 70 persen badan sungai mengering di Desa Selacau, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 1 Agustus 2023. BMKG menyatakan fenomena alam El Nino tahun ini menyebabkan kemarau lebih kering dan panjang, yang berdampak pada produksi pertanian dan mengeringnya sumber-sumber air. TEMPO/Prima mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Meteorologis, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Dwikorita Karnawati menyebut bencana kekeringan yang merupakan dampak dari El Nino bakal mencapai puncaknya pada akhir Agustus ini. Menurut Dwikorita hal ini bakal membuat dampak dari El Nino semakin terasa di wilayah Indonesia. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"El nino indeksnya semakin menguat sudah memasuki moderat dan diprediksi efek atau impact-nya akan makin terasa, yaitu kekeringan di hampir sebagian besar wilayah Indonesia," kata Dwikorita di kawasan Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu, 9 Agustus 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menyebut puncak musim kemarau tidak akan terjadi serentak di Indonesia. Kekeringan tersebut bakal dimulai dari wilayah Barat dan berangsur-angsur ke wilayah Selatan sepanjang bulan September. 

"Di Nusa Tenggara diprediksi efek atau dampaknya ini akan bisa berlangsung sampai Desember. Itu di Nusa Tenggara memang kalau kita lihat di lapangan sungai-sungai sudah kelihatan mulai mengering, ya," kata Dwikorita. 

Meski begitu, Dwikorita menyebut intensitas fenomena El Nino yang terjadi di Indonesia terbilang rendah. Sebab, Indonesia dikelilingi oleh laut. Berbeda dengan yang terjadi di negara lain seperti India, Thailand, dan Vietnam yang lebih parah. 

Sebagai gambaran, Dwikorita menyebut kekeringan yang terjadi di Indonesia bakal mirip dengan yang terjadi pada tahun 2019, namun tidak akan separah pada 2015. Sebab, saat itu fenomena El Nino diperparah dengan bencana kebakaran hutan. 

"Potensi karhutla (tahun ini) ada, seperti tahun 2019 kan juga banyak spot-spot ya titik titik api. Namun insya Allah, karena kita menyiapkan bahkan sejak Desember, kita udah sudah wanti-wanti dengan Ibu Menteri LHK," kata dia. 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus