Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Yayasan Media Anak, Hendriyani, mengatakan produsen rokok makin gencar menyasar anak-anak dan remaja usia 10-14 tahun.
Perusahaan rokok, menurut dia, memandang anak muda sebagai perokok pengganti, sehingga promosi di sekitar area sekolah makin marak. "Ada ungkapan bahwa remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok," ucap Hendriyani, Senin, 15 Juni 2015.
Hendriyani berujar, serbuan iklan dan promosi rokok sejak dini membuat persepsi positif dan keinginan merokok remaja meningkat. Sebanyak 70 persen remaja menyatakan mulai merokok karena terpengaruh iklan. Selain itu, 77 persen yang sudah merokok terus melanjutkan perilakunya juga karena pengaruh iklan.
Fakta yang lebih mengkhawatirkan, tutur Hendriyani, 57 persen remaja sebenarnya telah memutuskan berhenti merokok. Namun mereka kembali tergoda akibat iming-iming iklan dan promosi rokok yang terus-menerus dipaparkan lewat berbagai media.
Menurut Hendriyani, remaja tergoda iklan rokok karena menampilkan hal-hal menarik, seperti penampilan, popularitas, kedewasaan, dan persahabatan. Iklan ini ditampilkan secara terang-terangan, bahkan di area sekitar sekolah.
Display rokok, misalnya, kata Hendriyani, dapat dengan gampang ditemui di area tempat anak muda banyak berkumpul. Hal ini mendorong pembelian rokok secara spontan.
Saat ini ada 3,9 juta anak usia 10-14 tahun yang jadi perokok aktif di Indonesia. Jumlah itu, ujar Hendriyani, meningkat tajam hingga menembus angka 80 persen dalam kurun 2001-2010. Padahal kematian yang terjadi akibat perilaku merokok mencapai 200 ribu jiwa setiap tahun.
Menurut Hendriyani, rokok juga membawa kerugian ekonomi. "Pengeluaran keluarga miskin untuk rokok enam kali lipat lebih besar dibanding pengeluaran untuk pendidikan," ucapnya.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini