Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK mengisahkan salah satu episode dalam hidupnya yaitu saat ia mencalonkan diri sebagai presiden di Pemilu Presiden 2009.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya dalam proses pemilu itu tidak pernah mengusulkan. Selalu saya diminta. Saya tidak pernah meminta untuk jadi wapres. Saya selalu diminta untuk jadi wapres sejak zaman Pak SBY, Pak Jokowi. Waktu mau jadi presiden itu terpaksa," kata JK dalam silaturahmi nasional Institut Lembang Sembilan di Hotel Aryaduta, Jakarta, Sabtu, 23 Februari 2019.
JK menjelaskan bahwa saat itu ia terpaksa karena Partai Golkar menjadi partai terbesar. Sehingga, untuk menjaga harkat partai, Golkar harus memiliki calon presiden. Kemudian, para kader mengusulkan ketua umum lah yang menjadi calon presiden dari Golkar. Ketua umum partai berlambang pohon beringin saat itu adalah JK. "Maka tidak bergabung lagi dengan Pak SBY," katanya.
Saat bertarung di Pilpres 2009, JK berpasangan dengan Wiranto. Saat itu, ada tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bersaing, yaitu SBY-Boediono, JK-Wiranto, dan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto. Dari hasil perolehan suara, pasangan SBY-Boediono unggul 60,8 persen. Megawati-Prabowo berada di urutan kedua dengan perolehan 26,79 persen suara. Sedangkan JK-Wiranto 12,41 persen.
Kemudian, JK menceritakan bahwa seluruh pengalaman dalam hidupnya dilalui secara bertahap. Misalnya, saat kuliah, JK pernah menjadi ketua senat, ketua dewan, kemudian Ketua KAHMI.
Begitu juga di politik, JK pernah menjabat sebagai anggota DPRD Sulawesi Selatan, anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, menteri, menteri koordinator, dan berhenti di jabatan wakil presiden. Adapun kariernya di perusahaan dimulai dari manajer, direktur, hingga presiden komisaris.