Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dan Insinyur Pun Belajar ...

Pendidikan ilmu perbankan bagi para insinyur ITB dan IPB yang bekerja di bank. Pengajarnya dari karyawan bank dan lembaga manajemen.

5 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK beberapa tahun lalu para insinyur mendapat lapangan kerja baru: di bank. Itulah rupanya efek sampingan diharuskannya bank-bank umum untuk melayani Kredit Investasi Kecil dan Kredit Modal Kerja Permanen. Dan kesempatan itu rupanya tak dilewatkan begitu saja. Bank Duta Ekonomi, sebuah bank umum swasta, yang baru pertama kali ini membuka penerimaan insinyur, bahkan kebanjiran peminat. Ada sekitar 400 insinyur berbagai bidang yang mendaftar, yang kini masih dalam proses penyeleksian. Tentu saja itu menyibukkan bagian pendidikan dan latihan di bank-bank itu. Yah, bagaimana para ahli soal pertanian, soal konstruksi bangunan, soal mesin-mesin pabrik itu paham soal jenis-jenis kredit, atau soal peranan kredit dalam perbankan kalau tak dididik dahulu? Tapi, mengapa insinyur? "Seorang ahli yang mengetahui seluk-beluk bidang kehutanan atau perhubungan guna menganalisa permintaan kredit di bidang itu, memang sangat dibutuhkan," kata Oentoro, Kepala Bagian Pendidikan Bank Bumi Daya. Contohnya, peminta kredit untuk perkebunan cengkih, padahal tanahnya lebih cocok untuk karet, maka tugas insinyur perkebunanlah untuk memberikan pertimbangan layakkah permintaan kredit itu dikabulkan. Dengan kata lain, ditariknya para insinyur itu memang agar bank tidak kecolongan. Konsekuensinya, para insinyur itu memang kemudian harus mempelajari soal perbankan, khususnya prekreditan. "Sepertinya saya harus mulai dari nol," kata Ir. Hermintarti, 24 tahun, lulusan Fak. Kehutanan IPB, yang kini bekerja di BNI 1946. Gampang Menerima Lama pendidikan perbankan bagi para insinyur yang telah lolos seleksi, untuk masing-masing bank tak sama. Ini agaknya tergantung bidang yang ditangani bank-bank itu. Misalnya, menurut ketentuan Bank Indonesia dulu, BNI 1946 menangani bidang perindustrian dan perdagangan, BDN pertambangan dan perindustrian, BBD perkebunan, kehutanan dan perhubungan. Pukul rata lama pendidikan itu antara 3 - 9 bulan. Itu masih juga tergantung kelancaran para insinyur itu sendiri. Tapi menurut Oentoro, selama ini tak ada yang mengalami kesulitan. "Para insinyur itu gampang menerima pelajaran perbankan," katanya. Adapun para pengajarnya, kebanyakan diambilkan dari karyawan di bankbank itu sendiri. Tapi ada juga yang bekerja sama dengan Lembaga Managemen UI, misalnya Bank Rakyat Indonesia. Dari pengalaman ini, beberapa insinyur yang telah beberapa lama bekerja di bank, mengatakan perlunya pelajaran tambahan yang menyangkut bidang ekonomi dan sosial di fakultas-fakultas teknik. "Tidak semua lulusan fakultas teknik harus bekerja di bidang teknik, 'kan," kata Ir. Hasan Suftandi, 35 tahun, lulusan Teknik Sipil ITB yang kini bekerja di BNI 1946. Selama ini sebetulnya Institut Pertanian Bogor telah memberikan pengetahuan dasar sosial-ekonomi. Tapi yang lebih khusus, misalnya perbankan, memang belum. Rektor IPB, Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasution, dengan tersenyum katanya: "Wah, bisa repot. Mana tahu kalau mahasiswa IPB mau kerja di bank?" Masalahnya memang tak sekedar tambah mata kuliah dan tambah dosen. Keputusan pemadatan masa kuliah, yang kini 4 tahun, menjadi pertimbangan pula. "Kalau itu diberikan bisa-bisa kuliah bisa sarnpai 10 tahun," tambah Irlan Soejono Ph.D., Ketua Departemen Sosial-Ekonomi Fak. Pertanian IPB. Pun yang dibutuhkan tiap-tiap bank berlainan. Satu bank membutuhkan insinyur yang paham perkreditan perkebunan besar. Bank yang lain yang dibutuhkan insinyur pertanian yang tahu soal perkreditan usaha kecil. "Jadi untuk sementara biar bank saja yang mengadakan pendidikannya," kata Rektor IPB itu. Tapi dari IPB ini memang bisa dimonitor kebutuhan bidang pekerjaan sosial ekonomi yang membutuhkan tenaga ahli teknik atau pertanian. Jurusan Agribisnis dan Jurusan Penyuluhan pada Fak. Pertanian IPB, yang menyiapkan ahliahli perusahaan dan penyuluhan pertanian, beberapa tahun terakhir ini meningkat peminatnya. Padahal dulu, dua jurusan itu "dianggap keranjang sampah saja," kata Irlan Soejono. Tahun 1978 mahasiswa kedua jurusan itu hanya 41 orang. Kini, 1981, tercatat 115. Seberapa jauh sebetulnya keinsinyuran digunakan di bank memang bisa dipersoalkan. Itulah mengapa Fauzie Selenggang dari bagian pendidikan Bank Duta Ekonomi minta kepada para insinyur itu agar "melupakan sedikit ilmu yang sudah dipelajari". Tapi itu agaknya hanya berlaku bagi mereka yang ingin berprestasi dengan keinsinyurannya. Soalnya "pendidikan perbankan itu hanya sebagai pendukung. Untuk menangani penilaian permintaan kredit kehutanan misalnya, jelas diperlukan insinyur kehutanan. Itu bidang mereka, bukan bidang ahli perbankan," sahut Oentoro dari BBD. Jadi, memang lebih sulit kalau dibalik: ahli perbankan mempelajari bidang pertanian atau kehutanan, misalnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus