Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - International Conference of Young Scientists Stuttgart (ICYS), Jerman, memberikan sejumlah penghargaan terhadap peneliti asal Indonesia. Dua peneliti Indonesia, yaitu Fira Fatmasiefa dan Bramasto Rahman Prasodjo meraih medali emas bidang ilmu komputer (computer science). Siswa dari Chandra Kusuma School Medan ini mendapatkan penghargaan atas risetnya berjudul “Braille Learning Algorithm”.
“Mereka membuat alat bagi tunanetra untuk belajar Braille secara mandiri,” tulis siaran pers resmi dari ICYS, Jumat, 22 April 2017.
Selain itu, Inosensius Alvian Sulungbudi juga turut menyumbangkan medali perak bidang teknik atau (engineering). Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Santa Angela Bandung melakukan penelitian berjudul “Traditional Sasando Sound in a Modern Way”. Karya Inosensius meneliti evolusi alat musik sasando dan membuat perangkat lunak telepon pintar untuk mengubah suara sasando elektrik menjadi seperti sasando tradisional.
Kemudian, penghargaan lainnya diraih oleh Nicholas Patrick dengan penghargaan berupa medali perak untuk poster matematika dan penghargaan khusus. Siswa SMP Kristen Cita Hati Surabaya ini melakukan riset dengan judul “New Model of Complex Plane with Cylindrical Graph”.
“Ia membuat model bidang kompleks yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sistem dinamis,” tulis siaran pers ICYS.
Medali perak juga diraih Kartika Pertiwi dari SMAN 2 Wonosari atas poster Environmental Science berjudul “The Power of Tree Architecture” tentang arsitektur pohon untuk pencegahan erosi. Carissa Setiawan juga meraih medali perak di bidang yang sama dengan riset berjudul “Fishtilizer The Utilisation of Sludge from the Fish Industry as an Organic Fertilizer”. Siswi dari Ichtus School itu membuat pupuk limbah industri ikan
Terakhir, penghargaan khusus Life Sciences diberikan kepada Sabrina Salwa Sabila dan Gusti Salsabila dari SMAN 1 Sampit. Mereka membuat riset dengan judul “Kalapapa Dayak‘s Ancient Plant as a Potential Natural Cure for Tonsil”. Mereka meneliti obat tradisional Dayak.
LARISSA HUDA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini