Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Ini Penyebab Keracunan Makan Bergizi Gratis di Bogor

Penyebab ratusan siswa dari TK-SMA keracunan Makan Bergizi Gratis adalah adanya bakteri salmonella dan E. Colli dalam bahan baku yang digunakan.

14 Mei 2025 | 12.35 WIB

Siswa SMP PGRI Cianjur diduga korban keracunan makanan makan bergizi gratis menjalani perawatan di ruang instalasi gawat darurat RSUD Sayang, Cianjur, Jawa Barat, 22 April 2025. Tempo/Deden Abdul Aziz
Perbesar
Siswa SMP PGRI Cianjur diduga korban keracunan makanan makan bergizi gratis menjalani perawatan di ruang instalasi gawat darurat RSUD Sayang, Cianjur, Jawa Barat, 22 April 2025. Tempo/Deden Abdul Aziz

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana membeberkan penyebab ratusan siswa di Bogor keracunan seusai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disajikan di sekolah. Per 11 Mei 2025, terdapat 210 siswa yang dilaporkan mengalami gejala keracunan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mulanya, Dadan menjelaskan bahwa insiden keracunan di Bogor ini merupakan kasus baru. Berbeda dengan yang pernah terjadi di Cianjur atau daerah lainnya, gejala keracunan baru dirasakan berselang sehari hingga dua hari setelah siswa menyantap makanan MBG.

"Jadi terjadi slow reaction. Makannya Selasa, tapi reaksinya baru diketahui rabu Kamis dan Jumat," ujar Dadan saat jumpa pers di Gedung Ombudsman, Jakarta, Rabu, 14 Mei 2025.

Setelah dilakukan uji laboratorium pada sampel makanan, diketahui bahwa penyebab ratusan siswa dari TK hingga SMA itu keracunan adalah adanya bakteri salmonella dan E. Colli dalam bahan baku yang digunakan seperti telur dan sayuran.

Menurut Dadan, saat ini pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bina Insani, dapur yang memasak semua makanan di Bogor, menutup sementara dapur. "Jadi ini peringatan buat mereka melakukan perbaikan," katanya. 

Selain itu, Dadan menuturkan pemerintah juga sudah memberikan bantuan kepada para korban. Namun, menurut Dadan, bantuan itu masih bersifat pribadi bukan dari BGN. "Jadi ada beberapa pasien yang kami datangin, bukan dari BGN lah sementara ini personal," kata dia. Dadan belum menyampaikan dengan jelas maksud dari bantuan personal tersebut. 

Adapun soal pemberian asuransi, Dadan menyebut pemerintah masih menggodok rencana tersebut. Menurut dia, gagasan tersebut muncul atas usulan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pemerintah membutuhkan kajian mendalam dan waktu yang lebih lama lantaran belum pernah ada skema yang pernah mengaturnya, baik di Indonesia maupun luar negeri. 

"Terus terang belum ke arah situ (pemberian asuransi Karena belum secara intensif dibahas," kata dia. Dadan mengaku pihaknya juga belum membicarakan ide ini dengan Presiden Prabowo Subianto. 

Dede Leni Mardianti

Lulusan Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Universitas Islam Negeri Salatiga pada 2024. Bergabung dengan Tempo pada 2024 meliput isu hukum dan kriminal. Kini meliput isu ekonomi dan bisnis

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus