Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Difabel

Inspirasi Perempuan Kuat Angkie Yudistia Berasal dari Ibunda

Angkie Yudistia menceritakan bagaimana ibunya membentuk karakter agar dia kuat dan mampu bersaing dengan non-difabel.

28 Desember 2019 | 15.57 WIB

Staf khusus Presiden Joko Widodo, Angkie Yudistia. ANTARA/Wahyu Putro A
Perbesar
Staf khusus Presiden Joko Widodo, Angkie Yudistia. ANTARA/Wahyu Putro A

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Staf khusus Presiden Joko Widodo, Angkie Yudistia mengatakan perempuan difabel yang berperan sebagai ibu memiliki tugas yang lebih berat. Selain bertanggung jawab kepada diri sendiri dan keluarga, perempuan itu harus mengurus buah hatinya juga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sebab itu, Angkie Yudistia berharap ibu difabel atau ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus jangan malu dan menyembunyikan kondisi mereka. Ibu tetap memiliki peran yang kuat bagi anak-anak khususnya dalam memberikan kenyamanan, pengembangan karakter, dan bagaimana anak kelak memiliki rasa percaya diri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angkie yang tuli menceritakan bagaimana ibunya membentuk karakter agar dia kuat dan mampu bersaing dengan non-difabel. Pendiri Thisable Enterprise ini mengatakan orang tuanya, khususnya sang ibu, tak membedakan cara mendidik Angkie dengan anak-anak sebayanya.

Angkie Yudistia. Instagram/@angkie.yudistia

"Mama aku selalu berkata perempuan harus kuat. Ketika kita percaya dengan kemampuan diri sendiri, maka orang lain akan percaya juga," kata Angkie di Jakarta, Minggu 22 Desember 2019. Penyemangat dari ibunda membuat Angkie bertahan, terutama saat beradaptasi di dunia pendidikan dan pekerjaan.

Begitu juga ketika menikah dan punya anak, Angkie Yudistia merasa beban yang dialami ibu difabel atau yang memiliki anak berkebutuhan khusus lebih berat karena memiliki beban ganda yang mungkin tidak dirasakan ibu pada umumnya. "Rasanya dobel diskriminasi. Tapi kita bisa bertahan lebih kuat jika memiliki sistem penunjang, baik dari orang tua, keluarga, suami, teman, dan lingkungan sekitar," ucap perempuan 32 tahun itu.

Bagaimanapun, penulis buku Perempuan Tunarungu Menembus Batas, ini mengatakan peran support system bagi dia dan perempuan difabel lainnya tak bisa diabaikan. Melalu support system mereka bisa lebih kuat dan memposisikan diri sesuai dengan peran masing-masing.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus