Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

JPPI Ungkap 5 Hal yang Harus Benahi Prabowo-Gibran di Sektor Pendidikan

JPPI memberikan lima catatan di sektor pendidikan untuk peebaikan pada pemerintahan Prabowo-Gibran

22 Oktober 2024 | 20.17 WIB

Juru bicara Koalisi Pendidikan Jakarta dan Indonesia yang Berkeadilan (KOPAJA) Ubaid Matraji, saat melakukan orasi di depan massa aksi JALAN SANTAI KAMPANYE #SEKOLAH BEBAS BIAYA, di kawasan CFD Bundaran HI, pada Minggu, 7 Juli 2024. Foto: TEMPO/ Mochamad Firly Fajrian
Perbesar
Juru bicara Koalisi Pendidikan Jakarta dan Indonesia yang Berkeadilan (KOPAJA) Ubaid Matraji, saat melakukan orasi di depan massa aksi JALAN SANTAI KAMPANYE #SEKOLAH BEBAS BIAYA, di kawasan CFD Bundaran HI, pada Minggu, 7 Juli 2024. Foto: TEMPO/ Mochamad Firly Fajrian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, memberikan lima catatan pada sektor pendidikan untuk perbaikan pada era pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Pertama, Ubaid mengatakan pemerintah harus menghentikan komersialisasi pendidikan dan memastikan semua warga negara bisa mengakses wajib belajar.

“Jenjang pendidikan yang masuk dalam program wajib belajar, harus dibiayai pemerintah, artinya bebas biaya baik di negeri maupun swasta,” kata Ubaid dalam diskusi ‘Catatan Masyarakat Sipil untuk Perbaikan Sektor Pendidikan’ di Rumah Belajar Indonesia Corruption Watch, Kalibata, Jakarta Selatan, pada Selasa 22 Oktober 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasalnya, kata Ubaid, tingginya angka putus sekolah didominasi oleh faktor ekonomi. “Ada yang karena disabilitas, ada karena faktor ekonomi, dan yang paling banyak ternyata adalah faktor ekonomi,” jelas dia. 

Kedua, Ubaid mengatakan pemerintah mesti meningkatkan mutu pendidikan dasar. Berdasarkan skor Programme for Internarional Studenr Assesment (PISA) yang dikeluarkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2022, Indonesia berada di urutan kedua terbawah untuk kawasan Asia Tenggara dengan skor 359 untuk membaca, 366 untuk matematika, dan 383 untuk sains. 

Berdasarkan skor tersebut, Ubaid menilai perubahan kurikulum selama 10 tahun terakhir tidak berdampak terhadap kualitas. “Ini enggak ngaruh apa-apa terhadap kualitas ini,” kata Ubaid.

Ketiga, Ubaid mendorong pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Sebab, menurutnya, kesejahteraan guru berdampak terhadap kualitas pendidikan. Keempat, Ubaid mendorong pemerintah untuk memperkuat Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan dan memperketat seleksi calon mahasiswa di fakultas keguruan. Sebab, kata dia, saat ini siapa saja bisa masuk fakultas keguruan tanpa ada seleksi ketat, sehingga kompetensi lulusannya pun dipertanyakan. 

Kelima, Ubaid menekankan pentingnya pencegahan kekerasan di sekolah. “Salah satu faktor kenapa pendidikan di sekolah-sekolah itu kita tidak berkualitas, karena kita tidak pernah serius menanggapi persoalan darurat. Ini peringatan darurat, tapi darurat kekerasan di sekolah,” kata Ubaid. 

Menurut Ubaid, Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) serta Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan harus membuat mekanisme pencegahan yang lebih komprehensif; mulai dari sistem deteksi dini, sistem pelaporan, hingga perlindungan saksi dan korban. 

Pilihan Editor: Dipecah Jadi Tiga Kementerian, Ini Susunan Kabinet Prabowo-Gibran Bidang Pendidikan

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus