Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Lentera Anak Kritik Model Baru Pemasaran Rokok

Peraturan dan perlindungan kepada anak dan remaja terhadap bahaya rokok masih sangat lemah.

30 Mei 2020 | 19.03 WIB

13-terkaitHL-ilustrasi-penyakitKarenaRokok-bebaniKeuanganNegara
Perbesar
13-terkaitHL-ilustrasi-penyakitKarenaRokok-bebaniKeuanganNegara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Lentera Anak Lisda Sundari mengatakan jumlah pengisap rokok anak di Indonesia terus mengalami peningkatan.

Menurut dia salah satu penyebabnya adalah industri rokok sangat gencar menyasar anak muda sebagai target pemasaran produknya.

“Mereka (anak muda) berpotensi menggantikan para perokok senior yang sudah meninggal atau berhenti merokok,” kata Lisda dalam keterangan tertulis hari ini, Sabtu, 30 Mei 2020.

Dia menerangkan industri rokok kehilangan 240.618 pelanggan setianya karena meninggal. Maka industri melakukan berbagai kegiatan manipulatif melalui iklan, promosi, sponsor, kegiatan CSR, informasi misleading, dan produk-produk baru.

Lisda menjelaskan selama berpuluh tahun industri rokok gencar menayangkan iklan rokok yang mengandung pesan manipulatif di berbagai media.

Industri rokok di seluruh dunia semakin kreatif yakni menjangkau anak muda melalui cara-cara baru dengan menggunakan media sosial, influencer anak muda, penggunaan konten film serial beradegan merokok.

Lisda khawatir dampak manipulasi industri rokok terhadap tumpulnya sikap kritis anak muda.

“Para influencer yang permisif terhadap rokok berpotensi menanamkan kesadaran di benak para follower-nya bahwa rokok itu produk yang baik dan normal,” tutur Lisda.

Di sisi lain, peraturan dan perlindungan kepada anak dan remaja terhadap bahaya rokok masih sangat lemah.

Lisda menjelaskan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Nasional pada 2018, jumlah perokok anak usia 10-18 tahun meningkat mencapai 9,1 persen atau sama dengan 7,8 juta anak.

Sementara itu, RPJMN (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional) menargetkan pada 2019 prevalensi perokok anak harus turun menjadi 5,4 persen.

Rokok elektronik juga sudah menyerbu pasar Indonesia dan digandrungi anak dan remaja.

Prevalensi perokok elektrik penduduk usia 10-18 tahun mengalami kenaikan pesat. Dari 1,2 persen pada 2016 (Sirkesnas 2016) menjadi 10,9 persen pada 2018, berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus