Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, SURABAYA - Kesiapan Indonesia menghadapi berlakunya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) awal 2016 mulai diuji. Tantangan arus sumber daya manusia di bidang kesehatan mulai tampak dengan masuknya dokter-dokter asing ke negeri ini. Di Surabaya, dokter dan perawat asing itu sudah menjalin kerja sama dengan beberapa rumah sakit swasta.
“Sudah ada beberapa rumah sakit di Surabaya yang mempekerjakan dokter asing. Mereka seperti bedol desa, datang dengan peralatan canggih dan perawatnya sekaligus,” kata Direktur RS Onkologi Surabaya Siti Sundari Manoppo kepada Tempo di Surabaya, akhir Desember 2015 lalu.
Sundari tak memberikan rincian berapa jumlah dokter dan tenaga medis tersebut, berikut asal negaranya. Namun, ia memastikan, mereka telah datang dalam bentuk kesepakatan kerja. “Mereka punya spesifikasi tertentu yang keilmuannya belum ditekuni oleh dokter-dokter lokal. Jam terbangnya tinggi dengan membawa peralatan canggih.”
Presiden Yayasan Swayanaka yang peduli pada tumbuh kembang anak itu mengungkapkan, dokter-dokter Indonesia tidak bisa menghindari MEA. Namun ia tak menampik jika masih banyak dari mereka yang belum siap.
Tak sedikit dokter lokal bermasalah dari sisi profesionalisme dan etos kerja sehingga mengurangi daya saing dengan dokter asing. Contohnya, membuka praktek bak warung, datang terlambat ke tempat praktek, memaksa pasien membeli obat tertentu, dan lain-lain. “Ini yang harus diberantas.”
Padahal dari sisi kemampuan, dokter Indonesia tak kalah dibandingkan dengan dokter dari luar negeri, seperti Cina dan Singapura. “Kita harus berani mengakui kekurangan, lalu bangkit. Setiap institusi rumah sakit dan dokternya harus menjaga mutu pelayanan agar setara dengan yang ditawarkan di luar,” ujar Sundari.
ARTIKA RACHMI FARMITA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini