Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, mengatakan saat ini kualitas perguruan tinggi di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain. Karena itu, wacana mendatangkan rektor asing ia nilai harus segera dilakukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya harapkan mulai 2020 sudah diumumkan kepada publik. Ya jangan banyak-banyak lah, cukup di dua atau berapa (perguruan tinggi), untuk empat tahun ke depan," kata Nasir saat ditemui di Kantor Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat, 26 Juli 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nasir mengatakan wacana ini sebenarnya sudah ada sejak 2015. Berdasarkan hasil pengamatan Nasir di sejumlah perguruan tinggi di luar negeri, sosok rektor asing bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas kampus itu.
Di Indonesia, wacana ini belum pernah terjadi. Bahkan dosen asing saja baru mengajar secara terbatas dan bukan merupakan bagian dari staf pengajar langsung di kampus. "Di dalam negeri itu sumbernya, dosennya. Kalau dosen sifatnya homogen, itu tak akan maju dan rata-rata perguruan tinggi di Indonesia sifatnya homogen," kata Nasir.
Meski dibutuhkan, Nasir menegaskan tak akan sembarangan memilih rektor dari luar negeri. Sosok yang dipilih nanti harus memiliki rekam jejak kepemimpinan yang bagus di perguruan tinggi sebelumnya. "Jangan sampai kampus di Indonesia jadi kelinci percobaan dia," kata Nasir.
Sebelumnya Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, mengungkap wacara Jokowi mendatangkan rektor asing ke Tanah Air. Jokowi mengemukakan hal ini saat bertemu seniman di Istana Bogor pada Rabu, 17 Juli 2019.