Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Apa Itu Virus Mers-CoV yang Ditemukan di Arab Saudi pada Musim Haji 2025?

Mengenal gejala MERS-CoV yang terdeteksi di Arab Saudi menjelang musim haji 2025.

18 Mei 2025 | 15.03 WIB

Petugas haji melakukan scan tubuh pada seorang jamaah haji saat tiba di Asrama Haji Embarkasi Medan, Sumatera Utara, 18 September 2016. Pemeriksaan tersebut untuk mengantisipasi adanya virus MERS-CoV pada jamaah haji usai menunaikan ibadah haji 2016. ANTARA/Septianda Perdana
Perbesar
Petugas haji melakukan scan tubuh pada seorang jamaah haji saat tiba di Asrama Haji Embarkasi Medan, Sumatera Utara, 18 September 2016. Pemeriksaan tersebut untuk mengantisipasi adanya virus MERS-CoV pada jamaah haji usai menunaikan ibadah haji 2016. ANTARA/Septianda Perdana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan Arab Saudi melaporkan sembilan kasus positif Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) yang terdeteksi antara 1 Maret hingga 21 April 2025. Delapan kasus ditemukan di Riyadh dan satu di Hail. Dari delapan kasus tersebut, dua pasien dinyatakan meninggal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menyusul temuan tersebut, Kementerian Kesehatan mengimbau jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan. Imbauan itu disampaikan menjelang kedatangan jemaah haji gelombang kedua pada 17 Mei 2025.

“Meski kasus MERS-CoV ini tidak banyak dan saat ini dalam kondisi terkendali, para jemaah dan petugas haji harus tetap waspada,” kata Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Mohammad Imran melalui keterangan tertulis pada Jumat, 16 Mei 2025.

Lantas apa itu MERS-CoV yang dideteksi di Arab Saudi menjelang musim haji?

Laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona MERS-CoV. Virus itu disebut pertama kali menyerang manusia di Jordan pada April 2012. Hingga saat ini, semua kasus MERS-CoV yang ditemukan memiliki kaitan dengan perjalanan menuju atau menetap di negara-negara Timur Tengah.

Tingkat kematian pada kasus yang MERS-CoV dilaporkan adalah sekitar 36 persen. Namun, WHO menilai angka tersebut berpotensi terlalu tinggi karena kasus MERS-CoV ringan sering tidak terdeteksi.

Manusia tertular MERS-CoV melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan unta, yang merupakan inang alami virus ini. Penularan antarmanusia terjadi melalui partikel pernapasan atau droplet dari orang yang terinfeksi serta melalui kontak langsung. Selain itu, kontak tidak langsung dengan orang yang tertular melalui benda mati juga bisa menyebabkan penularan.

Masa inkubasi MERS-CoV rata-rata berlangsung dalam 5-6 hari. Namun, masa inkubasi juga bisa berkisar antara 2-14 hari.

MERS-CoV bisa muncul tanpa gejala. Namun, gejala-gejala yang lebih umum meliputi gangguan pernapasan ringan, demam, batuk, dan kesulitan bernapas, hingga pneumonia. Beberapa pasien juga mengalami gejala saluran pencernaan seperti diare.

Kasus yang parah memerlukan perawatan intensif, termasuk penggunaan ventilator mekanis. Mereka yang berisiko lebih tinggi saat tertular MERS-CoV meliputi lansia, individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, serta penderita penyakit kronis seperti diabetes, penyakit ginjal, kanker, atau gangguan paru-paru. Sebagian besar kasus meninggal terjadi karena kondisi medis yang sudah ada sebelumnya atau komorbid.

Saat ini belum tersedia vaksin atau pengobatan khusus untuk MERS. Namun, menurut WHO, beberapa vaksin dan terapi yang spesifik untuk MERS-CoV sedang dalam tahap pengembangan. Pengobatan yang diberikan bagi pasien Mers-CoV masih berfokus kepada penanganan gejala sesuai dengan tingkat keparahan penyakit.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus