Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah seorang pendiri Tempo, Harjoko Trisnadi, 87 tahun, merasa bangga melihat kondisi media yang didirikannya kini berusia 47 tahun. Ia tidak menyangka saat ini PT Tempo Inti Media Tbk bisa memiliki gedung sendiri di kawasan Palmerah Nomor 8, Jakarta Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Tempo pernah punya (gedung) waktu itu di Kuningan, Jakarta Selatan, tapi itu 50:50 sama pemilik gedung. Baru dipakai delapan tahun dibredel. Di Proklamasi juga milik sendiri, tapi itu ruko,” ujar Harjoko saat ditemui di perayaan milad Tempo ke-47 di Gedung Tempo, Jakarta Barat, Selasa, 6 Maret 2018.
Baca: Milad Tempo Ke-47, Ini Cerita Ahmad Fuadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ia menjelaskan, hingga saat ini Tempo masih bertahan di masyarakat karena mampu memberikan bacaan yang objektif dan hasil investigasi yang menjadi kekuatan utama Tempo. Selain itu, ia menuturkan, sejak awal didirikan, selalu merasa bangga dengan wartawan Tempo karena menulis berita yang jujur, sesuai fakta, dan tidak menerima amplop (sogokan).
Tempo merayakan ulang tahun ke-47 hari ini, 6 Maret 2017. Dalam perayaan itu, sejumlah tokoh hadir untuk ikut merayakan ulang tahun. Mereka di antaranya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, penyidik senior KPK Novel Baswedan, mantan Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Denny Indrayana, CEO Kibar Yansen kamto, mantan Dirut Tempo Bambang Hari Murti, dan mantan wartawan senior Tempo Bambang Halilintar.
Harjoko mengaku pernah mendapatkan cerita dari beberapa orang tentang sifat wartawan Tempo yang anti terhadap sogokan. Dulu, saat ia masih menjabat Dewan Direksi Tempo, Harjoko mendapatkan laporan dari Direktur Utama Bank Danamon tentang wartawan Tempo yang menolak amplop usai wawancara.
Baca: Gubernur Anies Baswedan Mengapresiasi Tempo: Thinking Journalist
“Dirut itu takut diberitakan yang jelek karena amplopnya ditolak, saya jelaskan alasan penolakan itu ke dia,” ujar dia.
Ia bahkan pernah mendapat cerita dari rekan sejawatnya mengenai sikap wartawan Tempo yang menolak amplop dalam kurs dolar, yang jika dihitung jumlahnya sampai berkali-kali gaji. “Wartawan Tempo hebat, tidak doyan duit,” ujar Harjoko menirukan perkataan temannya.
Di tengah-tengah obrolan, Harjoko lalu menunjukan sebuah pesan dari Gunawan Moehamad yang tidak bisa hadir karena sedang berada di luar negeri. Pesan itu berbunyi ‘Pemisahan isi dan iklan dibatasi dengan tembok api. Wartawan Tempo tidak boleh menerima apa pun dari sumber berita yang mengikatnya. Setiap berita diperiksa dua lapis.’
Ia menjelaskan, sampai saat ini masih sering membaca majalah dan Koran Tempo. Jika ada hal yang dirasa kurang tepat dan menyimpang dari nilai Tempo, Harjoko tidak segan untuk menghubungi Direktur Utama Tempo saat ini, Toriq Hadad.