Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Momen

16 September 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penembakan Terhadap Polisi

PENEMBAKAN terhadap polisi terjadi berturut-turut pekan lalu. Jumat petang pekan lalu, Brigadir Polisi Satu Ruslan Kusuma ditembak di kawasan Cimanggis, Depok. Penembak merampas sepeda motornya, Kawasaki Ninja. Walau Ruslan selamat, pahanya tertembus peluru yang dilepaskan pelaku.

Selasa malam sebelumnya, anggota Provos Polair Markas Besar Kepolisian RI, Brigadir Polisi Kepala Sukardi, tewas ditembak saat mengawal konvoi truk membawa bahan bangunan proyek Rasuna Tower. Penembakan terjadi di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Polisi menemukan kesamaan modus penembakan Sukardi dengan penembakan polisi dalam dua bulan terakhir. "Tujuh puluh persen sama," ujar Kepala Divisi Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto. Kesamaan itu antara lain dari cara pelaku menembak korbannya, yakni di jalan raya diawali dengan membuntuti korban, menembak secara acak, dan dilakukan sambil mengendarai sepeda motor.

Menurut pengamat terorisme Noor Huda Ismail, penembak Sukardi adalah kelompok terorisme baru yang menargetkan polisi. Kelompok ini menggunakan sistem kerja baru yang disebut drop box. "Anggota-anggota kelompok ini tidak saling mengenal. Hanya mendapat tugas, lalu ke drop box, mengembalikan senjata," kata Noor Huda.


Akhir Hidup Sang Bripka

Selasa, 10 September 2013
Pukul 21.00

  • Iring-iringan enam truk berangkat dari gudang PT Lautan Jaya Kumala di Marunda, Jakarta Utara. Sukardi, dengan pakaian dinasnya, mengendarai sepeda motor Honda Supra X. Dia berada paling depan.

    Pukul 22.10

  • Petugas satuan pengamanan Komisi Pemberantasan Korupsi menyaksikan pengemudi sepeda motor Supra berboncengan berhenti di kanan jalan (jalur lambat) depan gedung KPK.

    Pukul 22.20

  • Sepeda motor Sukardi disalip oleh dua sepeda motor matic. Satu berboncengan dengan rekannya dan satu lagi sendirian. Pengemudi sepeda motor yang berboncengan menembak Sukardi sebanyak dua kali. Ia pun terjatuh.

    Pukul 22.25

  • Pengemudi sepeda motor yang berhenti di depan gedung KPK turun dari motornya menghampiri Sukardi dan menembaknya di bagian dada, lalu mengambil pistol revolver milik polisi itu. Pelaku melarikan diri ke arah Mampang Prapatan.
  • Satpam KPK sempat bertatapan muka dengan pria penembak terakhir Sukardi, tapi ia dihardik pria itu. Sang satpam pun disuruh masuk ke pos jaga. Penembak berbadan tegap, berambut cepak, dan bercelana panjang warna cokelat menenteng pistol menuju sepeda motornya yang diparkir di depan gedung KPK.

    DPR Usulkan 65 Daerah Pemekaran

    KOMISI Pemerintahan Dewan Perwakilan Rakyat mengajukan usulan 65 daerah pemekaran baru. Draf rancangan undang-undang pemekaran wilayah baru Rabu pekan lalu diajukan ke Badan Legislasi DPR. Menurut Ketua Komisi Pemerintahan Agun Gunandjar, 65 calon daerah pemekaran itu adalah hasil saringan terhadap 200 usulan calon daerah yang telah diterima DPR.

    Delapan dari 65 usulan itu adalah usulan pembentukan provinsi baru, yakni Sumbawa, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Barat Daya, Tapanuli, Kepulauan Nias, Kapuas Raya, dan Bolaang Mongondow Raya. Lainnya, sebanyak 57 usulan calon kabupaten/kota baru. Usulan juga diajukan ke Menteri Dalam Negeri. Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi berharap pembahasan pemekaran wilayah ditunda hingga Pemilihan Umum 2014 selesai.

    Saling Serang Setelah Karnaval

    ACARA karnaval peringatan kemerdekaan Indonesia yang digelar murid Pondok Pesantren Darussolihin di Desa Puger, Jember, Jawa Timur, Rabu pekan lalu, berujung rusuh. Sekelompok orang tak dikenal mendatangi kompleks pondok dengan bersenjatakan pentungan dan senjata tajam. Mereka mengklaim sebagai warga yang tak ingin karnaval digelar di luar pondok dan berusaha menghadang. Namun aksi kelompok ini diketahui polisi, yang kemudian memblokade karnaval agar tak keluar di pesantren.

    Namun para santri pondok tetap nekat menggelar pawai keluar. Akhirnya terjadi saling serang dan lempar batu. Seorang polisi jadi korban lemparan. Seorang warga, Eko Mardi, ditemukan tewas dengan luka bacokan di sekujur tubuh. Belasan orang dilaporkan luka-luka. Puluhan sepeda motor terbakar. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengaku telah mendengar kabar bahwa kerusuhan dilatarbelakangi perbedaan keyakinan Sunni dan Syiah.

    Perlawanan Khofifah Belum Berakhir

    KHOFIFAH Indar Parawansa tak mau menyerah. Rabu pekan lalu, bersama pasangannya, Herman Surjadi Sumadireja, ia mendatangi Mahkamah Konstitusi untuk mengajukan gugatan hasil rekapitulasi pemilihan Gubernur Jawa Timur yang dinilainya curang. Misalnya pelanggaran di masa kampanye, penggelembungan suara, dan permainan uang oleh salah satu pasangan calon.

    Khofifah berharap Mahkamah Konstitusi mendiskualifikasi hasil pemilihan umum kepala daerah Jawa Timur dan memerintahkan pemilihan ulang. Ketua KPU Jawa Timur Andry Dewanto Ahmad mengatakan KPU akan menyiapkan kuasa hukum atas gugatan itu. "Kalau pelanggaran kampanye, semua pasangan calon yang akan menjawab," katanya.

    Dalam penghitungan suara, Khofifah-Herman mendapat 37,62 persen suara, kalah dari Soekarwo-Saifullah Yusuf yang meraih 47,2 persen. Dua pasangan lagi: Bambang Dwi Hartono-Said Abdullah mendapat 12,69 persen suara dan Eggi Su­djana-M. Sihat 2,44 persen. l

    Pura-pura Sakit, Helmi Agustian Dijemput Paksa

    KEJAKSAAN Negeri Cibinong menjemput paksa Helmi Agustian, Staf Ahli Bupati Bogor Rahmat Yasin, dari Rumah Sakit Azra, Kota Bogor, Rabu pekan lalu. Helmi sudah empat kali mangkir sidang dengan alasan sakit. Tanpa kehadirannya, sidang perdana Helmi dalam kasus korupsi di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor itu berkali-kali ditunda.

    Kepala Kejaksaan Negeri Cibinong Mia Amiati mencurigai dalih sakit Helmi. Terdakwa penerima gratifikasi senilai Rp 12,5 miliar dari sejumlah proyek di Bina Marga itu diketahui sempat tiga kali pindah rumah sakit. Mia mengontak dokter Helmi dan hasilnya ternyata sang terdakwa sehat.

    Meski terbongkar kedoknya, Helmi tak kapok. Ia masih berpura-pura sakit ketika dijemput tim jaksa, bahkan ketika dihadirkan di pengadilan. Helmi tak membuka matanya di depan majelis hakim. Alhasil, sidang dengan agenda pembacaan dakwaan ditunda lagi dan jaksa diminta menghadirkan dokter yang merawat Helmi dalam persidangan Rabu depan. "Akan kami bawa dokter untuk persidangan nanti," kata Mia.

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus