Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SOLOK bagian selatan terkenal potensiil. Tak kurang dari 20
perkebunan besar ada di situ oatarannya luas, sesayup mata
memandang sampai ke perbatasan Kerinci. Hasilnya yang utama
kopi, teh dan kina sempat meramaikan pelabuhan Teluk Bayur. Tapi
semua itu sudah menjadi masa lalu. Bersamaan dengan pecahnya
pergolakan daerah tahun 1958 yang silam, daerah Selatan menjadi
berantakan. Yang kini tinggal tak lebih dari sisa onderneming.
Puing-puing dan jalan setapak di tengah hutan.
Tatkala zaman Pelita datang, sentuhan ke Solok Selatan juga
terasa kurang. Sebab utama soal komunikasi juga. Selatan bukan
saja hancur dalam soal perkebunan tapi juga prasarana jalan.
Sepanjang 160 Km jalan dari Lubuk Selasih sampai ke batas
Kerinci rusak berat. Malah 40 Km di antaranya sudah membelukar
menjadi belantara.
Jika ada keinginan memisahkan diri barangkali bukanlah karena
diabaikan begitu. Sebab itu ide membentuk kabupaten sendiri
(lepas dari Solok) pernah terdengar. Kabupaten itu konon akan
disebut Seiliran Batang Hari (SBH) beribukota di Muara Labuh.
Ide begini belakangan padam setelah kemungkinan berkabupaten
sendiri sudah dibatasi liwat Undang-undang. "Peristiwa Bangla
Desh macam begitu tak akan terjadi", begitu gubernur Harun Zain
pernah berkelakar.
Gubernur Harun memang baru saja menjenguk daerah Selatan selama
beberapa hari. Selain sebagai inspeksi biasa kunjungan gubernur
ke Solok bagian Selatan itu juga bersama dengan Menteri Sutami.
Dan Menteri menyaksikan sendiri bagaimana hancurnya jalan
keperbatasan Kabupaten Kerinci itu. Pemuka masyarakat setempat
tentu saja melaporkan keadaan mereka yang terkurung begitu. Di
depan masyarakat Muara Labuh 3 pekan yang silam, Sutami
mengabulkan permintaan itu. "Menjelang Pemilu jalan tembus ke
Kerinci mesti jadi", perintah Sutami.
Bagi Kerinci manfaat dibukanya jalan itu memang sangat besar.
Sejak dulu sebelum berpisah dengan Sumatera Barat masuk propinsi
Jambi Kerinci memang banyak tergantung pada kota Padang dan
sekitarnya. Apa saja kecuali beras, semua perlu didatangkan.
Sejauh ini hubungan yang ada cuma liwat Kabupaten Pesisir
Selatan. Tapi apa boleh buat, kondisi jalannya juga jelek.
Belakangan 4 jembatan rusak berat. Jadinya pengangkutan
kebutuhan pokok Kabupaten Kerinci tertegun-tegun juga. Itulah
sebabnya harga minyak tanah dan kebutuhan pokok lainnya 5 kali
harga biasa di kota Padang.
Itu baru soal logistik. Belum lagi dilihat dari kepentingan
pengangkutan hasil produksi ke luar daerah. Dari Kerinci
mengalir panili dan juga beras ke pasaran Sumatera Barat.
Bayangkan jika keadaan jalan terputus. Produksi masyarakat tentu
saja menumpuk. Yang rugi tentu saja petani, yang nyaris hidup
semata-mata dari hasil produksi itu.
Pilihan liwat Solok memang tepat juga. Bukan cuma untuk
kepentingan Kerinci tapi juga bagi Solok Selatan. "Ini
benar-benar dwi fungsi", kata seorang pejabat propinsi Sumbar
mengomentari instruksi Menteri. Secara psikologis warga Solok
Selatan tidak merasa dianak-tirikan. Dan paket Sutarni memang
tiba pada saat yang tepat. Apalagi menjelang Pemilu semua sudah
harus jadi.
Team Bina Marga
Instruksi Menteri untuk Selatan itu memang nyaris berjalan
secara otomatis. Agaknya baru sehari Menteri tiba kembali di
Jakarta menjelang akhir bulan lalu satu team Binamarga sudah
datang untuk melakukan survey. Team dari Lembaga Direktorat
Penyelidikan Rabu 29 Desember lalu berangkat ke Muara Labuh
didampingi Kepala Dinas PU ir. Harun Al-rasyid. "Team
mengumpulkan data dan dalam waktu dekat jumlah anggaran
diajukan", kata Harun Kepala Dinas PU Sumbar itu kepada TEMPO di
Padang. Jalan yang segera akan diperbaiki itu panjang ada 160
Km. "Yang rusak berat sekitar 40 Km" Kepala Dinas PU
mengungkapkan lebih lanjut. Adapun jumlah jembatan yang akan
diperbaiki dan dibangun ada sekitar 22 buah sampai ke perbatasan
Kerinci.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo