Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Polemik Ucapan Said Aqil Siradj Soal PKB Adalah NU, Begini Sejarah 97 Tahun Nahdlatul Ulama

"PKB adalah NU, NU adalah PKB," kata mantan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj memantik pro-kontra. Begini sejarah 97 tahun Nahdlatul Ulama.

1 Februari 2023 | 07.38 WIB

Logo Nahdlatul Ulama. nu.or.id
Perbesar
Logo Nahdlatul Ulama. nu.or.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ucapan Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj memantik polemik tersendiri. "Jadi PKB adalah NU, NU adalah PKB, harus kita dengungkan itu, ga boleh surut, ga boleh kendor," katanya di Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, Senin, 30 Januari 2023, saat Sarasehan Nasional Satu Abad NU

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Said Aqil Siradj membantah pernyataan yang menyebut NU harus jauh dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Menurut Said, pernyataan tersebut hanya diucapkan oleh orang yang melupakan sejarah antara PKB dan NU.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia pun menanggapi beberapa pihak yang tak setuju dengan pernyataannya. "Itu (yang mengeluarkan pernyataan) karena enggak senang dengan Pak Muhaimin barangkali yang ngomong gitu itu. Ketuanya siapapun NU, ketua siapapun PKB, tidak boleh itu dihilangkan dari ingatan kita," ujarnya.

Baca: Soal NU Harus Jauh dari PKB, Said Aqil: Yang Ngomong Tak Senang dengan Muhaimin

97 Tahun Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama (NU) merupakan sebuah organisasi yang dilahirkan oleh sejumlah ulama di Kertopaten, Surabaya antara lain KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri pada 31 Januari 1926 M atau 16 Rajab 1344 H. Nahdlatul ulama atau NU secara harfiah berarti “Kebangkitan para Ulama”.

Pada awal abad ke- 20 memang telah lahir beragam perkumpulan atau organisasi keagamaan dengan motivasi yang beragam, mulai dari alasan sosial-politik untuk menggalang solidaritas umat Islam guna menentang kolonialisme sampai faktor keagamaan yakni untuk mempertahankan sekaligus menyebarkan pandangan atau wawasan teologi keislaman yang mereka yakini.

Disarikan dari Digilib.uin-suka.ac.id, sejarah mencatat, jauh sebelum NU lahir dalam bentuk organisasi, NU sudah ada dalam bentuk komunitas yang terikat kuat oleh aktivitas sosial keagamaan yang memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri. 

Kelahiran Nahdlatul Ulama

yang sudah ada. Dengan kata lain, wujud NU sebagai organisasi keagamaan hanya sekedar penegasan formal dari mekanisme informal

para ulama sepaham, yaitu pemegang teguh salah satu dari empat madzhab Fikih: Syafii, Maliki, Hanafi dan Hambali yang telah ada jauh sebelum organisasi NU lahir.

Pembentukan NU merupakan upaya dan peran ulama pesantren supaya wilayah kerja keulamaan lebih ditingkatkan, dikembangkan dan diluaskan jangkauannya. Maka NU didirikan untuk menjadi wadah bagi usaha menyatukan langkah para ulama atau kiai pesantren, dalam pengabdian yang tidak lagi hanya sebatas pada pesantren, namun lebih ditingkatkan pada kepekaan masalah sosial, ekonomi, politik dan urusan kemasyarakatan umumnya. 

Setidaknya ada tiga motivasi yang menjembatani kelahiran NU, berikut diantaranya:

1. Motivasi keagamaan untuk mempertahankan agama Islam dari serangan politik kristenisasi yang dilancarkan oleh kolonialisme Belanda secara terang-terangan, terutama sejak awal abad ke-20.

2. Mempertahankan paham ortodoksi Ahlussunnah wal- Jama'ah dari serangan kaum modernis Islam yang mengusung jargon purifikasi ajaran keislaman.

Wahabisme adalah aliran keagamaan yang keras dan bahkan ekstrem. Ekstremisme itu ditunjukkan dengan sikap menentang terhadap segala hal dan ihwal praktik keagamaan, yang menurutnya penuh takhayyul, bid'ah, khurafat dan syirik, termasuk madzhab yang tidak ada dalam al-Qur'an dan Hadis. Paham Wahabisme bukan hanya mengecam cara berdakwah, tetapi juga mendobrak tradisi keilmuan dan praktik keagamaan yang dianut para ulama tradisional.

3. Membangun semangat nasionalisme untuk mencapai kemerdekaan dari penjajahan

Belanda. Sejarah sebelumnya telah memberi pelajaran berharga bagi para pejuang muslim Nusantara, perlawanan dalam bentuk fisik secara sporadis telah berakhir dengan kegagalan. 

Lalu dinilai dibutuhkan strategi baru untuk melawan pihak kolonial. Strategi yang dimaksud adalah dengan membentuk sebuah organisasi sebagai alat komunikasi bersama umat Islam, menyiarkan sekaligus mempertahankan agama Islam.

Oleh karena itu, pada 1924 Kiai Wahab Chasbullah yang dikenal sebagai ulama, politisi sekaligus inisiator terbentuknya NU mengusulkan kepada Kiai Hasyim untuk mendirikan organisasi perkumpulan ulama. Akan

Namun, usulan ini ditolak oleh Kiai Hasyim dengan alasan belum cukup kuat bukti untuk mendirikan organisasi tersebut. Barulah pada 31 Januari 1926 M, setelah alasan dipandang cukup memadai, Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari merestui pendirian organisasi para ulama tersebut, yang kini dikenal dengan Nahdlatul Ulama.

ANNISA FIRDAUSI  I  SDA

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus