Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEPERTI halnya daerah-daerah lainnya di Kalimantan Tengah,
Kabupaten Kuala Kapuas seakan terkucil dari segala kabar berita.
Padahal ibukota kabupatennya, terletak kurang lebih 45 Km saja
dari ibukota Propinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin. Dan
lagi penduduk di daerah ini terbilang paling padat ketimbang
daerah-darah Tk II lainnya yang ada dalam wilayah Kalimantan
Tengah: 279.196 jiwa.
Memiliki 23 buah Kecamatan (termasuk kota administratif Gunung
Mas) dengan 276 Desa, untuk urusan pemilu kelak sudah mulai
merisaukan pejabat-pejabat di kawasan ini. Tentu soalnya adalah
alat perhubungan untuk mencapai wilayah-wilayah terpencil itu.
Lebih-lebih pula untuk mendatangi ke 23 buah kecamatan dan
desa-desa itu, kenderaan yang diperlukan ternyata tidak satu
macam saja.
Di sini, "diperlukan paling tidak 4 jenis kenderaan sungai",
kata Ketua Panitia Pemilihan Daerah (PPD) TK II Kabupaten Kuala
Kapuas. Yaitu perahu motor, perahu biasa, klotok sungai dan
klotok pesisir. Untuk menyelusuri daerah ini diperlukan 7 buah
klotok sungai 3 buah klotok pesisir, 9 buah perahu motor boad
dan 4 buah perahu biasa. Untung akhir-akhir ini pihak PPD
buru-buru memesan kendaraan-kendaraan sungai itu, meskipun
diragukan apakah akan selesai seluruhnya menjelang pemilu kelak.
Bicara soal pemilu, pengalaman beberapa orang tokoh Golkar
daerah dari pemilu lalu menarik jug,. "Waktu kampanye pada
tahun 1971, lebih satu bulan saya tidak bisa pulang ke Kapuas",
kata seorang pemuka Golkar yang kini sibuk mempersiapkan Pemilu
1977. Apa pasal? Itulah daerah air. "Waktu itu keadaan air surut
sekali. Jangankan kapal klotok, perahu saja kandas", ujarnya.
Waktu itu ia terjun di daerah pemilihan Tumbang Marukui, jauh di
pedalaman, hampir berbatasan dengan Kalimantan Utara. Nasib para
petugas pemilu di daerah pesisir lain lagi. Mereka
terombang-ambing diterjang gelombang, misalnya di daerah Lupak,
di tepi pantai laut Jawa. Karena itu dari sekarang para petugas
pemilu 1977 sudah mulai nyengir-nyengir kuda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo