Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Sabda Sultan, JK: Di Inggris pun Perempuan Jadi  

Presiden Jusuf Kalla mengapresiasi sabda Raja Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X.

6 Mei 2015 | 08.59 WIB

Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla berpidato membuka dialog tingkat tinggi Pemanfaatan Gelombang Bonus Demografi, di Hotel Pullman, Jakarta, 20 April 2015. Jusuf Kalla mengatakan bonus demografi yang dimiliki Indonesia harus dibarengi dengan kualitas sehingga
Perbesar
Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla berpidato membuka dialog tingkat tinggi Pemanfaatan Gelombang Bonus Demografi, di Hotel Pullman, Jakarta, 20 April 2015. Jusuf Kalla mengatakan bonus demografi yang dimiliki Indonesia harus dibarengi dengan kualitas sehingga

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO , Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengapresiasi sabda Raja Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X. Apa yang dilakukan Sultan menurutnya mencerminkan kerajaan saat ini juga telah menerapkan kesetaraan gender.

"‎Di Inggris itu perempuan saja jadi ratu, masa abad 21 masih ada diskriminasi," kata Kalla ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa, 5 Mei 2015. Menurutnya, pemerintah tak bisa ikut campur dalam urusan internal keraton.

Sabda tersebut menurutnya juga tak akan menimbulkan gejolak di masyarakat. Sebab, kebanyakan masyarakat dianggap sudah memahami tentang kesetaraan gender. "Tak masalah, kan bagus."

Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Kamis pekan lalu mengeluarkan sabda raja.‎

Ada lima poin dalam sabda tersebut, antara lain perubahan penyebutan Buwono menjadi Bawono. Selain itu gelar Khalifatullah dalam gelar Sultan dihilangkan. ‎

Penyebutan kaping sedasa diganti kaping sepuluh. Dua sabda terakhir adalah tentang perubahan perjanjian pendiri Mataram yakni Ki Ageng Giring dengan Ki Ageng Pemanahan serta menyempurnakan keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun.

Sabda tersebut sempat memicu pro dan kontra, bahkan guru besar antropologi Universitas Gadjah Mada, Heddy Shri Ahimsa Putra, menilai penghapusan istilah "Sayidin Panatagama" dan "Khalifatullah" akan melenyapkan dasar konsep manunggaling kawulo gusti. "Ini menghilangkan sebagian keistimewaan Yogyakarta,"‎ katanya.

FAIZ NASHRILLAH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yosep Suprayogi

Yosep Suprayogi

Alumnus jurusan Biologi IPB University. Memulai karier wartawan di harian Republika lalu bergabung dengan Tempo pada 2001 dan pensiun pada 2024

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus