Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sastrawan eksil Asahan Alham Aidit meninggal pada Kamis malam, 5 November 2020. Adik DN Aidit itu menghembuskan nafas terakhirnya di Belanda. "Telah meninggal dunia Asahan Alham Aidit tadi malam di Belanda," kata putra DN Aidit, Ilham Aidit, saat dihubungi, Jumat, 6 November 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ilham mengatakan sebelum meninggal, pamannya kerap keluar-masuk rumah sakit karena penyakit komplikasi diabetes. Rencananya, jenazah Asahan akan dikremasi di Belanda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Asahan Alham Aidit lahir di Tanjung Pandan, Belitung pada 4 Desember 1938. Asahan sempat menempuh pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada 1961. Dia melanjutkan pendidikan magister di Fakultas Filologi, Moskow pada 1966. Saat menempuh pendidikan di Uni Soviet itu, di Indonesia terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S 1965).
Setelah kejadian itu paspornya dicabut. Asahan tak bisa pulang ke tanah air dan menjadi eksil. Dia berpindah-pindah ke sejumlah negara seperti Uni Soviet, Tiongkok, Vietnam, hingga akhirnya menetap dan meninggal di Belanda.
Asahan mulai menulis sejak 1950-an. Sejumlah buku dia terbitkan, antara lain Perjalanan dan Rumah Baru, 23 Sajak Menangisi Viet Tri. Di ulang tahun ke-80 pada 2019, ia menerbitkan buku berjudul Dendam Sejarah.