Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sri Rabitah, tenaga kerja wanita asal Lombok Utara, selama tiga hari menjalani operasi untuk mengambil selang yang sudah tiga tahun berada dalam tubuhnya. Selang sepanjang 40 sentimeter itu masuk ke tubuh Rabitah setelah dia menjalani operasi di Rumah Sakit di Doha, Qatar, saat menjadi TKW. Setelah menjalani operasi pengambilan selang, Rabitah tak banyak berkomentar.
"Nanti saja kalau sudah pulih. Belum bisa cerita. Sekarang belum kuat," kata Rabitah, yang didampingi kerabatnya Surniah, anaknya Nanda Saswita, dan dua pegiat buruh migran, Halwatu dan Endang Susilowati, di Rumah Sakit Bio Medika, Mataram, Ahad, 5 Maret 2017.
Infografik: Berdagang Orang ke Malaysia
Karena belum pulih, Rabitah tidak langsung dibawa pulang ke Lombok Utara tapi dibantu Dinas Sosial Nusa Tenggara Barat dengan ditempatkan di PSMP Paramita Mataram. Menurut Endang Susilowati, jika perutnya dipegang dirasakan sakit sekali. "Karena itu tidak berani langsung dibawa pulang ke Dayan Gunung," ujar Endang menyebut tempat asal Sri Rabitah.
Baca: Ginjal Disebut Utuh, TKW Sri Rabitah Akan Diperiksa Ulang
Selama tiga jam 45 menit, Sri Rabitah menjalani operasi untuk mengeluarkan selang dan karang yang ada di dalam perutnya. Padahal semestinya selang itu hanya layak ditempatkan di dalam perutnya selama sebulan saja. Setelah mengalami kencing darah, ia baru mengetahui adanya selang dan karang tersebut.
Menurut Endang Susilowati, untuk pembiayaan operasi tersebut diperlukan biaya sekitar Rp 25 juta. Mereka menunggu bantuan saweran dari donatur dan pemerintah. Sebelum menjalani operasi, Sri Rabitah kepada Tempo mengaku baru mengetahui kondisi kesehatannya setelah dirontgen. "Selama ini sepulang dari Qatar, pinggang kanan saya sakit," katanya. Ia sempat mengklaim ginjalnya hilang.
Baca: Selang Hitam di Perut TKI Sri Rabitah Sudah Diangkat
Sri Rabitah menjelaskan, semula sekitar Juli 2014, ia ditempatkan di rumah keluarga Madam Gada, keluarga Palestina di Doha, Qatar. Sehari kemudian ditempatkan di rumah orang tua Madam Gada di lokasi berbeda. "Orang tuanya sakit-sakitan jalannya pincang," kata Sri Rabitah, warga asal Desa Akar-akar, Kecamatan Bayan, Lombok Utara.
Tanpa menderita sakit, Sri Rabitah dibawa oleh saudaranya Madam Gada ke rumah sakit dan langsung diinfus walaupun ia menolaknya. Kemudian dipindahkan ke ruang operasi yang penuh peralatan gunting dan pisau. Seterusnya ia mengaku tidak sadarkan diri. Sewaktu sadar, ia melihat tubuhnya penuh selang infus dan kencing darah melalui selang.
Investigasi: Jaringan 'Mafia' Penjual Manusia
Setelah dari rumah sakit di Doha tersebut, ia dibawa ke kantor TKI Al-Jazera. Di sana bertemu dengan dua orang pengurus TKI yang asal Indonesia. "Di kantor itu juga ada TKW yang mengalami perlakuan dipukuli," ujar Sri Rabitah yang kemudian selama tiga hari berturut-turut ia dibawa ke rumah majikan yang berbeda hingga tiga kali. Terakhir ia dipulangkan dan kemudian melaporkan dirinya ke kantor polisi di Surabaya.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Nusa Tenggara Barat Lalu Hamzi Fikri bersama Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD NTB Agus Rushdi; dokter spesialis urologi RSUD NTB, Suharjendo; dan dokter spesialis radiologi, Dewi Anjarwati, mengemukakannya kepada wartawan di Media Center Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat, Rabu sore, 1 Maret 2017. ''Seluruh dokter yang melakukan pemeriksaan menyatakan ginjalnya masih ada dua-duanya," katanya.
SUPRIYANTHO KHAFID
Baca juga:
Pembunuhan Kim Jong-nam, Malaysia Usir Dubes Korea Utara
Putri Raja Arab: Gila Belanja, Modis, dan Hampir Dipenjara
Video Terkait:
Investigasi Majalah Tempo: Perdagangan Manusia ke Malaysia
Korban Perdagangan Manusia, 8 TKI Brebes Diselundupkan Lewat Laut
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini