Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Soal Kematian Zhang Zhi Jie, Menkes Sebut Harusnya Bisa Selamat

Kematian Zhang Zhi Jie akibat henti jantung sebenarnya dapat dicegah jika atlet berusia 17 tahun mendapat penanganan cepat.

3 Juli 2024 | 17.34 WIB

Atlet bulu tangkis asal Cina, Zhang Zhi Jie, 17 tahun tak sadarkan diri saat laga BNI Badminton Asia Junior Championships 2024 di GOR Amongrogo, Yogyakarta Minggu 30 Juni 2024. Dok.istimewa
Perbesar
Atlet bulu tangkis asal Cina, Zhang Zhi Jie, 17 tahun tak sadarkan diri saat laga BNI Badminton Asia Junior Championships 2024 di GOR Amongrogo, Yogyakarta Minggu 30 Juni 2024. Dok.istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan atau Menkes Budi Gunadi Sadikin membicarakan kematian atlet bulu tangkis junior asal Cina, Zhang Zhi Jie di Yogyakarta. Zhang Zhi Jie meninggal saat bertanding di Kejuaraan Bulu Tangkis Junior Asia di provinsi tersebut, pada Ahad, 30 Juni 2024 lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Budi mengatakan kematian Zhang Zhi Jie akibat henti jantung itu sebenarnya dapat dicegah jika atlet berusia 17 tahun mendapat penanganan cepat. “Kalau orang kena serangan jantung seperti yang main badminton kemarin itu, itu kalau bisa di-tackle dengan cepat, di bawah 4,5 jam, dia survive,” kata Budi dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI di kompleks parlemen Senayan, Jakarta pada Rabu, 3 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penanganan yang diperlukan, kata Budi, adalah layanan katerisasi jantung. Namun, Budi mengatakan saat ini tidak semua wilayah di Indonesia memiliki rumah sakit yang memiliki alat katerisasi jantung.

Budi menyebut hanya 44 dari 514 kabupaten/kota di Indonesia yang memliki alat itu. “Kurang dari 10 persen,” ucap dia.

Bahkan, Budi menyatakan masih ada enam provinsi yang sama sekali tidak memiliki alat katerisasi jantung. Di antaranya Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

Maka dari itu, Budi berujar masyarakat dari provinsi-provinsi tersebut juga tidak bisa mendapatkan layanan cepat jika menghadapi masalah jantung. “Jadi kalau bapak-ibu punya saudara kena stroke atau jantung di Ambon, yang bisa dilakukan dokternya adalah berdoa supaya kalau dibawa ke Makassar, Manado, masih hidup untuk bisa dilakukan intervensi,” kata Budi.

Budi pun mengklaim saat ini pemerintah sedang menargetkan agar setiap kabupaten/kota di Indonesia bisa melakukan layanan katerisasi. “Ini contohnya pak, rencana kita, semua 514 kabupaten/kota akan bisa melakukan layanan katerisasi jantung ini kayak masang ring,” kata Budi kepada Komisi IX DPR RI.

Sebelumnya, Kepala Bidang Humas dan Media Pengurus Pusat PBSI Broto Happy mengatakan Zhang Zhi Jie sudah tidak memiliki denyut nadi ketika tiba pertama di rumah sakit RSPAU Hardjolukito, Bantul, Yogyakarta. Meski begitu, pertolongan medis berupa Pijat Jantung Luar tetap dilakukan selama tiga jam.

Setelah tak ada hasil, korban dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito, Sleman, Yogyakarta untuk penanganan lanjutan dalam kondisi tidak ada nafas, tidak ada nadi, dan sudah disertai tanda kematian sekunder. Di UGD RSUP Dr. Sardjito, korban diberikan penanganan resusitasi jantung dan paru selama 1,5 jam. Tindakan Pijat Jantung Luar juga dilakukan kembali. Namun, tetap tidak ada respons sirkulasi spontan dari korban.

"Penanganan pun akhirnya dihentikan pada pukul 23.20 WIB karena pemeriksaan dan penanganan korban baik di RSPAU Hardjolukito maupun RSUP dr Sardjito hasilnya sama," ujar Broto.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus