Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Tiga Versi Cerita G30S Ini Memiliki Dalang yang Berbeda-Beda

Siapa dalang sebenarnya di balik peristiwa G30S hingga kini masih menuai pertanyaan. Ada yang menyebut PKI, konflik militer, hingga CIA

30 September 2021 | 09.05 WIB

Warga menyaksikan film pengkhianatan G30S/PKI pada acara nonton bareng di Bundaran Mall Graha Cijantung, Jakarta, 23 September 2017. Berikut foto-foto suasana acara nonton bareng film G30S/PKI yang digelar di sejumlah daerah. ANTARA FOTO
Perbesar
Warga menyaksikan film pengkhianatan G30S/PKI pada acara nonton bareng di Bundaran Mall Graha Cijantung, Jakarta, 23 September 2017. Berikut foto-foto suasana acara nonton bareng film G30S/PKI yang digelar di sejumlah daerah. ANTARA FOTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Upaya untuk mengungkap kebenaran di balik Peristiwa 30 September 1965 (G30S) terus dilakukan. Berbagai upaya tersebut hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari rekonsiliasi hingga upaya untuk menghadirkan narasi sejarah yang akurat. Meskipun demikian, hingga kini, masih banyak versi jalan cerita atau kisah mengenai peristiwa tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kisah-kisah ini memiliki asumsi masing-masing mengenai dalang peristiwa tersebut. Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa versi sejarah mengenai 1965:

 

PKI sebagai Pemberontak

Narasi sejarah resmi Pemerintah Orde Baru, yang disusun oleh Nugroho Notosusanto dan Ismael Saleh, menempatkan PKI sebagai dalang utama di balik pemberontakan tersebut. Narasi yang tertuang dalam buku bertajuk Tragedi Nasional Percobaan Kup G30S/PKI di Indonesia (1968) tersebut mengungkapkan bahwa PKI memang sudah lama ingin menguasai Indonesia dan mengganti Pancasila dengan ideologi komunisme. Peristiwa 30 September adalah puncaknya. Oleh karena itu, dalam versi resmi Pemerintah Orde Baru, Peristiwa Gerakan 30 September disebut sebagai "G30S/PKI".

 

Puncak Konflik Internal Angkatan Darat

Narasi yang cukup berbeda dihadirkan oleh dua ilmuwan politik asal Cornell University, Ben Anderson dan Ruth McVey. Dalam buku A Preliminary Analysis of the October 1 1965, Coup in Indonesia atau dikenal sebagai Cornell Paper (1971), Ben dan Ruth mengungkapkan bahwa militer Indonesia pada dasarnya telah terbelah menjadi kubu, yakni kubu yang mendukung kebijakan Sukarno dan kubu yang menentangnya. Peristiwa Gerakan 30 September sebenarnya merupakan upaya untuk menyingkirkan perwira-perwira militer yang mendukung kebijakan Bung Karno supaya kubu yang berseberangan dapat memperoleh kekuasaan.

 

Keterlibatan CIA

Beberapa analisis yang menempatkan peristiwa G30S dalam konteks Perang Dingin menemukan bahwa CIA terlibat dalam peristiwa berdarah tersebut. Amerika Serikat, bersama dengan negara Blok Barat lainnya, berkepentingan untuk mencegah Soekarno supaya tidak jatuh ke kubu komunis. David T. Johnson dalam Indonesia 1965: The Role of the US Embassy, mengungkapkan bahwa beberapa hal dapat dipilih untuk mencegah Bung Karno jatuh ke tangan Komunis. Pilihan tersebut adalah membiarkan saja, membujuknya untuk berpihak kepada Blok Barat, menyingkirkan Bung Karno, mendorong Angkatan Darat melakukan kudeta pemerintah an, merusak kekuatan PKI dan merekayasa kehancuran PKI sekaligus menjatuhkan Sukarno. Opsi terakhir merupakan opsi yang dipilih oleh Amerika Serikat. 

 

BANGKIT ADHI WIGUNA

Baca juga:

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus