Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim Satuan Tugas Kesehatan TNI, yang diterjunkan ke Kabupaten Asmat, Papua, menggunakan pendekatan agama dalam menolong warga di sana. Mereka bahkan melakukan pemeriksaan kesehatan di gereja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Wakil Kepala Pusat Kesehatan TNI Laksamana Pertama Andriani menuturkan tim paramedis bekerja sama dengan para pendeta. Sebab, masyarakat di sana lebih mengenal pendeta ketimbang tim kesehatan. "Pendekatan melalui pastor dan misionaris bisa membuat mereka tersentuh," ujarnya seusai rapat bersama Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 1 Februari 2018.
Baca: Jokowi Minta Panglima TNI-Kapolri Tangani Wabah Campak di Asmat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sulitnya berkomunikasi dengan masyarakat di Asmat, menurut Andriani, menjadi alasan lain paramedis TNI merangkul pendeta di sana. "Kalau kami mungkin masih belum bisa berkomunikasi dengan baik. Saat pemeriksaan tidak bisa connect antara paramedis dan pasiennya," ujarnya.
Pengiriman tim medis ke Asmat merupakan bagian dari perintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Instruksi itu disampaikan Presiden saat membuka Rapat Pimpinan TNI-Polri 2018 di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa, 23 Januari 2018.
Presiden Jokowi memerintahkan hal itu karena di Kabupaten Asmat terjadi kejadian luar biasa. Sejak beberapa bulan terakhir, kejadian gizi buruk dan busung lapar melanda warga di sana. Gizi buruk menjadi salah penyebab mewabahnya penyakit campak di Asmat. Penyakit campak dan gizi buruk itu mengakibatkan lebih dari 60 warga meninggal. Mereka meninggal akibat terlambat memperoleh penanganan medis.
Baca: Wabah Campak di Kabupaten Asmat, Kapolda: Dokter Sangat Minim
Berdasarkan data yang diterima Tempo, hingga saat ini ada 185 personel Satgas Kesehatan TNI yang berada di Papua, khususnya di wilayah Asmat. Unit tersebut terdiri atas 50 orang tim kesehatan TNI, 69 orang unit pengamanan wilayah, 20 orang unit penerbangan TNI Angkatan Darat, 20 orang unit evakuasi, serta 26 orang unit pendukung lain.
Tim tersebut bertugas mengidentifikasi serta memberikan bantuan pengobatan dan evakuasi pasien menuju Rumah Sakit Umum Daerah Agats.
Target utama mereka adalah mencari pasien yang terkena campak dan dampak gizi buruk. Namun, apabila ditemukan penyakit lain yang dikhawatirkan, seperti difteri, disentri, dan malaria, petugas akan mendata dan memberikan penanganan medis.
Menurut Menteri Sosial Idrus Marham, berdasarkan perkembangan terbaru saat ini, 72 orang meninggal karena kasus gizi buruk dan campak di Asmat. Jokowi pun telah menetapkan kasus ini sebagai kejadian luar biasa (KLB).