Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mantan Wapres Try Sutrisno Disebut Tak Disalami Jokowi Saat HUT TNI ke-79, Ini Profil dan Sederet Tanda Jasa Militernya

Istana Kepresidenan buka suara soal isu Presiden Jokowi yang dituding tidak menyalami Wakil Presiden RI ke-6 Try Sutrisno saat HUT TNI ke-79 lalu.

8 Oktober 2024 | 18.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Istana Kepresidenan buka suara soal isu Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang dituding tidak menyalami Wakil Presiden RI ke-6 Try Sutrisno dalam momen peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-79 TNI di kawasan Monas, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 5 Oktober 2024. Jokowi dikatakan sudah menyalami Try berserta istri di Holding VVIP Room.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Bapak Presiden sangat Menghormati semua elemen masyarakat, apalagi dengan para tokoh pemimpin bangsa,” kata Deputi Protokol dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana melalui pesan singkat dikonfirmasi Tempo pada Senin, 7 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Isu Jokowi tidak menyalami Wakil Presiden ke-6 itu ramai di media sosial X, dulu Twitter. Akun @ JhonSitorus_18 mempertanyakan kebenaran Jokowi tidak menyalami Try. Padahal Mantan Panglima TNI itu berpakaian jas militer lengkap dengan pangkat bintang empat.

“Pak Try Sutrisno bahkan sudah sempat berdiri lalu duduk lagi karena dilewati oleh Jokowi begitu saja,” tulis akun X tersebut, dalam unggahan disertai video tayangan televisi. Dalam tayangan itu, kepala negara menyalami mantan Wakil Presiden Budiono, Jusuf Kalla, dan istri Presiden Abdurrahman Wahid (Dus Dur), Sinta Nuriyah.

Unggahan yang sama mengungkit posisi Try yang mendukung Jokowi di Pilpres 2019. “Mungkin pak Jokowi khilaf, tapi saya paham apa yang dirasakan keluarga Pak Try,” kata cuitan yang dilihat oleh lebih dari 500 ribu orang itu.

Profil Try Sutrisno

Jenderal TNI (Purn.) H. Try Sutrisno, demikian nama lengkapnya resmi ditulis, adalah Wakil Presiden Indonesia ke-6 periode 1993–1998. Sebelum diangkat sebagai wakil presiden, pria kelahiran 15 November 1935 di Surabaya, Jawa Timur ini menjabat sebagai Panglima ABRI, kini TNI.

Disulih dari Majalah Tempo edisi Sabtu, 13 Maret 1993, sejak kecil, Try anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Subandi dan Mardliyah hidup seadanya. Try dilahirkan di lingkungan santri. Ayahnya adalah seorang sopir ambulans Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

Try seorang yang suka tirakat, rajin mengaji, menyapu, dan mengepel masjid. Ini bisa dimaklumi, mengingat tempat lahirnya, kampung Bandar Genteng Lor yang berimpit-impitan itu, memang dikenal sebagai daerah santri.

Selain itu, seperti umumnya anak muda, Try kecil ketika itu juga dikenal sebagai jagoan berkelahi. Ia juga suka main keroncong. Alat musik pegangannya adalah bas. Ketika kecil, kata Chamimah-adik kesayangannya, ia suka mendalang di bawah pohon. Wayang dibuatnya sendiri dari daun palem.

Di tengah lingkungan dan keluarga seperti itulah Try menjadi sangat taat beribadah. Warna keagamaan menonjol dalam kehidupannya. “Kalau ia datang ke Surabaya, pertanyaan pertama yang diajukan kepada adik-adik dan keponakannya adalah bagaimana amalan ibadahnya,” kata Chamimah kepada Tempo pada 1993 silam.

Karier militer Try Sutrisno

Try mengawali karier militernya ketika diterima menjadi taruna Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad) dan lulus pada 1959. Try berkesempatan turut dalam perang melawan Pemberontak PRRI pada 1957. Dia juga terlibat dalam Operasi 17 Agustus, Operasi Trikora, Konfrontasi Indonesia–Malaysia, Operasi Seroja, dan Pemberontakan di Aceh.

Selain itu Try turut terlibat dalam Operasi Pembebasan Irian Barat pada 1962 yang mengantarnya berkenalan dengan Soeharto. Saat itu, Soeharto ditunjuk oleh Presiden Sukarno menjadi Panglima Komando Mandala yang ditempatkan di Sulawesi. Saat Soeharto jadi presiden, Try menjadi ajudannya pada 1974.

Sejak itu, karier suami dari Tuti Sutiawati ini kian meroket. Empat tahun berselang, pada 1978, Try diangkat ke posisi Kepala Komando Daerah Staf di KODAM XVI / Udayana. Setahun kemudian, ia menjadi Panglima Daerah KODAM IV / Sriwijaya. Lalu jadi Panglima Daerah KODAM V / Jaya empat setelahnya.

Pada Agustus 1985 pangkatnya dinaikkan lagi menjadi Letjen TNI sekaligus diangkat menjabat Wakasad mendampingi Kasad, Jenderal TNI Rudhini kala itu. Baru sepuluh bulan menjabat sebagai Wakasad, pada Juni 1986 ia kemudian diangkat menjadi Kasad menggantikan Jenderal TNI Rudhini.

 Ia menduduki jabatan sebagai Kasad hanya sekitar satu setengah tahun karena pada awal 1988 ia dipromosikan menjadi Pangab menggantikan Jenderal TNI LB. Moerdani. Pada Februari 1993, Try Sutrisno pensiun dari dunia militer dan setelah pensiun, ia dicalonkan menjadi wakil presiden.

Pada akhirnya, pencalonan Try Sutrisno sebagai wakil presiden disetujui oleh Majelis Permusyawaratn Rakyat (MPR) dan sejak 1993, Try Sutrisno menjadi pendamping bagi Presiden Soeharto hingga 1998. Ia kemudian digantikan BJ Habibie.

Try Sutrisno dikenal sebagai seorang negarawan yang jujur, bersahaja, loyal, berdedikasi tinggi dan berpendirian teguh. Ia bukanlah seorang yang haus jabatan yang mau menghalalkan segala cara untuk meraih jabatan yang diinginkannya.

Kesederhanaan Try dalam kehidupan sehari-harinya memang patut dijadikan teladan. Try menceritakan dirinya justru mencicil rumah selama 15 tahun setelah dirinya pensiun dari jabatan Panglima ABRI. Hal itu disampaikan melalui wawancara di akun Youtube Irma Hutabarat – HORAS INANG.

Dijelaskan Try, ia memilih rumah dinas Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) untuk dibeli dengan cara dicicil. Saat itu sebagai mantan KSAD memang ia dipersilakan membeli rumah dinas KSAD. Menurutnya, sikap “nrimo”-nya tersebut malah membawa berkah hingga sekarang. Menurutnya ia tak perlu takut dengan KPK terkait asal usul rumahnya.

“Saya nerimo, Tuhan akhirnya kasih. Saya bisa tidur nyenyak tanpa takut KPK. Kan di daftar semua asalnya,” ujar.

Try Sutrisno yang kini menjadi Wakil Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan ideologi Pancasila (BPIP) diketahui berkali-kali menyerahkan rumah dinas kepada prajurit-prajurit lainnya. Hal itu lantaran kesadarannya bahwa masih banyak tentara yang membutuhkan tempat tinggal.

Tanda jasa dan penghargaan Try Sutrisno

Sebagai purnawirawan, Try Sutrisno menyandang sejumlah penghargaan, total ada 10 baris tanda jasa yang tersemat di dadanya. Berikut daftar penghargaan dan tanda jasa Try Sutrisno:

1. Brevet Kualifikasi Komando Kopassus

2. Brevet Para Utama

3. Brevet Hiu Kencana

4. Wing Penerbang TNI AU Kelas

5. Bintang Republik Indonesia Adipradana

6. Bintang Mahaputera Adipurna

7. Bintang Mahaputera Adipradana

8. Bintang Dharma

9. Bintang Yudha Dharma Utama

10. Bintang Kartika Eka Paksi Utama

11. Bintang Jalasena Utama

12. Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama

13. Bintang Bhayangkara Utama

14. Bintang Kartika Eka Paksi Pratama

15. Bintang Kartika Eka Paksi Nararya

16. Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun

17. Satyalancana G.O.M VII

18. Satyalancana Sapta Marga

19. Satyalancana Satya Dharma

20. Satyalancana Wira Dharma

21. Satyalancana Penegak

22. Satyalancana Seroja

23. Satyalancana Wira Karya

24. Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia

25. First Rank of the Order of the Yugoslav Flag with Sash – Yugoslavia

26. First Rank of the Order of Military Merits with Great Star – Yugoslavia

27. Grand Cross of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany – Jerman

28. Knight Grand Cross of the Most Noble Order of the Crown of Thailand – Thailand

29. Commander of the National Order of the Legion of Honour – Prancis

30. Sri Paduka Mahkota Johor (S.P.M.J.) – Johor

31. Gold Decoration of Merit – Belanda

32. Commander of the Legion of Merit – Amerika Serikat

33. Nishan-e-Imtiaz – Pakistan

34. Pingat Panglima Gagah Angkatan Tentera (P.G.A.T.) – Malaysia

35. Panglima Mangku Negara (P.M.N.) – Malaysia

36. Order of National Security Merit – 1st Class (Tong-il Medal) – Korea Selatan

37. Darjah Utama Bakti Cemerlang – Tentera (D.U.B.C.) – Singapura

38. Knight Grand Cross of the Most Exalted Order of the White Elephant – Thailand

39. Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang Yang Amat Gemilang – Peringkat Pertama (D.P.K.T.) – Brunei

40. Commander of the Philippine Legion of Honor – Filipina

41. Grand Decoration of Honour in Gold with Sash of the Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria – Austria.

42. Brevet Kualifikasi Intai Tempur (Taipur).

HENDRIK KHOIRUL MUHID  I  DANIEL A. FAJRI | MIRZA BAGASKARA | ANNISA FIRDAUSI | SDA | NAUFAL RIDHWAN | EIBEN HEIZIER

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus